DEMOKRASI.CO.ID - India seharusnya tidak boleh berpikir akan mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat (AS) jika terlibat konflik dengan China. Sebaliknya, New Delhi akan merasakan menderita kerugian yang parah jika berani melawan Beijing.
Begitu peringatan yang muncul dalam kolom surat kabar Global Times yang didukung oleh pemerintah China pada Selasa (1/9).
Peringatan tersebut muncul setelah pasukan India dan China kembali terlibat bentrokan di perbatasan Himalaya bagian barat pada akhir pekan.
Militer India pada Senin (31/8) mengatakan, insiden tersebut terjadi ketika pasukan China berusaha untuk mengubah status quo, melansir Reuters.
Pada hari yang sama, Kementerian Luar Negeri China berdalih, pasukan perbatasannya belum melewati garis kontrol aktual (LAC) yang sebenarnya.
Kemudian, Global Times dalam editorialnya menyebut, pasukan India lah yang terlebih dulu melakukan tindakan destruktif di perbatasan.
Lebih lanjut, media tersebut mengingatkan India bahwa negara tersebut tengah menghadapi "China yang kuat" dan New Delhi seharusnya tidak memiliki "ilusi" dukungan dari Washington.
"Tetapi jika India ingin terlibat dalam persaingan, China memiliki lebih banyak alat dan kemampuan daripada India. Jika India menginginkan pertarungan militer, PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) pasti akan membuat tentara India menderita kerugian yang jauh lebih parah daripada yang terjadi pada 1962," demikian bunyi editorial tersebut.
Global Times merupakan bagian dari People's Daily, surat kabar resmi dari Partai Komunis China.
Ketegangan antara India dan China di perbatasan mengalami peningkatan sejak Mei. Kemudian pada 15 Juni, pasukan kedua negara terlibat bentrokan hebat.
Insiden yang terjadi di dekat Lembah Galwan tersebut membuat 20 tentara India tewas.
Setelahnya, kedua belah pihak setuju untuk mundur setelah bentrokan itu, tetapi Angkatan Darat India menuduh pasukan China melanggar kesepakatan itu selama akhir pekan. (Rmol)