DEMOKRASI.CO.ID - Di tengahnya banyaknya calon vaksin covid-19 yang muncul, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) malah mengatakan belum ada yang menunjukkan hasil yang jelas. Karenanya vaksinasi Covid-19 secara global kemungkinan besar belum akan terjadi hingga pertengahan tahun 2021.
WHO igin vaksin yang muncul nanti merupakan hasil dari pemeriksaan ketat terhadap efektivitas dan keamanannya. Hal itu disampaikan juru bicara WHO Margaret Harris pada Jumat (04/09/2020).
Harris mengatakan belum ada satu pun dari kandidat vaksin dalam uji klinis lanjutan sejauh ini yang menunjukkan `sinyal jelas` kemanjuran pada tingkat setidaknya 50% yang dicari WHO.
Rusia memberikan persetujuan untuk vaksin Covid-19 pada Agustus setelah kurang dari dua bulan pengujian pada manusia. Hal ini pun memicu beberapa ahli dari Barat mempertanyakan keamanan dan kemanjurannya.
Pejabat kesehatan publik Amerika Serikat dan Pfizer Inc mengatakan pada Kamis (03/09/2020) bahwa vaksin siap untuk didistribusikan paling cepat akhir Oktober. Itu akan terjadi menjelang Pemilihan Presiden AS pada 3 November di mana pandemi kemungkinan akan menjadi faktor utama di antara para pemilih untuk memutuskan apakah Presiden Donald Trump akan memenangkan masa jabatan kedua.
"Kami benar-benar tidak mengharapkan terjadinya vaksinasi yang meluas sampai pertengahan tahun depan," kata Harris dalam sebuah diskusi di Jenewa, Swiss seperti dilansir dari cnbcindonesia.com.
"Fase tiga ini pasti akan memakan waktu lebih lama karena kita perlu melihat seberapa protektif vaksin itu dan kita juga perlu melihat seberapa amannya," tambahnya.
Fase tiga ini merujuk pada fase dalam penelitian vaksin di mana uji klinis secara besar-besaran dilakukan pada manusia. Harris tidak merujuk pada kandidat vaksin tertentu.
Dia menuturkan bahwa semua data dari uji coba harus dibagikan dan dibandingkan.
"Banyak orang telah divaksinasi dan yang kami tidak ketahui adalah apakah vaksin itu bekerja.. pada tahap ini kami tidak memiliki sinyal yang jelas apakah ini memiliki tingkat kemanjuran dan keamanan yang layak...," tuturnya.
Aliansi vaksin WHO dan GAVI memimpin rencana alokasi vaksin global yang dikenal sebagai COVAX yang bertujuan untuk membantu membeli dan mendistribusikan suntikan secara adil. Fokusnya adalah memvaksinasi orang-orang yang paling berisiko tinggi di setiap negara seperti petugas kesehatan.
COVAX bertujuan untuk menyediakan dan mengirimkan 2 miliar dosis vaksin yang disetujui pada akhir 2021, tetapi beberapa negara yang telah mengamankan pasokan mereka melalui kesepakatan bilateral, termasuk Amerika Serikat, mengatakan mereka tidak akan bergabung.
"Intinya, pintunya terbuka. Kami terbuka. Apa yang dimaksud dengan COVAX adalah untuk memastikan semua orang di planet ini akan mendapatkan akses ke vaksin," kata Harris.