DEMOKRASI.CO.ID - Mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mengungkapkan, alasan dirinya dicopot dari jabatannya sebelum masa pensiunnya. Gatot dicopot di penghujung 2017. Sementara masa pensiunnya pada Maret 2018.
Gatot menjelaskan, alasan dicopot oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) lantaran dia menginstruksikan kepada jajaranya agar memutar film Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30-S PKI) secara serempak di seluruh daerah di Indonesia.
“Saya perintahkan jajaran saya untuk menonton G30 SPKI. Pada saat itu saya punya sahabat dari salah satu partai, saya sebuat saja PDIP. ‘Pak Gatot hentikan itu, kalau tidak, pasti Pak Gatot akan diganti’. Saya bilang terima kasih, justru saya gas karena ini adalah benar-benar berbahaya. Dan benar-benar saya diganti,” kata Gatot dikutip FIN di Chanel YouTube Hersubeno Arief, Selasa (22/9).
Gatot mengatakan, dia telah menduga adanya gerakan kebangkitan PKI sejak 2008 silam. Pada saat itu, dia mengatakan, ada banyak sekolah-sekolah meniadakan pelajaran tentang PKI. Dia mendapat informasi kebangkitan PKI ini, namun Gatot memilih untuk merahasiakan.
“Emang gerakan ini tidak bisa dilihat bentuknya, tetapi dirasakan bisa. Sejak 2008 itu, seluruh sekolah, pelajaran tentang G30 S PKI ditiadakan. Sehingga pada 2017, 90 persen generasi muda tidak percaya adanya PKI,” papar Gatot Nurmantyo.
Gatot menjelaskan bahwa, gerakan PKI gaya baru semakin nyata saat ini. Hal itu dilihat dari digantinya Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni.
Padahal, menurut Gatot, Pancasila pada 1 Juni ini adalah konsep Trisila dan Ekasila yang disampaikan Bung Karno. Diusulkannya Rancangan Undang-Undang Halauan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang saat ini prosesnya dihentikan, bukan dicabut juga menandakan adanya kekuatan yang ingin mengganti Pancasila.
“Maka mereka sudah investasi lebih dulu, jadi mereka secara tidak langsung hampir seluruh bangsa memperingati Hari Pancasila pada 1 Juni. Dan lebih lanjut lagi adanya RUU HIP,” kata Gatot.