DEMOKRASI.CO.ID - Komisaris Utama PT Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membongkar sederet borok Pertamina melalui video berdurasi 6 menit yang diunggah akun Youtube POIN.
Salah satu aib yang diungkapkan Ahok adalah direksi yang hobi lobi menteri. Komisaris pun kata dia rata-rata titipan kementerian.
Menurut Ahok, dia punya cara untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya dengan melakukan lelang terbuka.
Borok selanjutnya, Ahok sering mendapati pejabat Pertamina masih menerima fasilitas gaji besar meskipun jelas-jelas sudah dicopot dari jabatan. Alasannya karena orang lama.
Marah-marah Ahok terkait permasalahan di perusahaan pelat merah itu ternyata direspons negatif oleh sejumlah pihak.
Ada dua pertanyaan besar kenapa Ahok membuka aib Pertamina.
Pertama, Ahok sendiri titipan siapa di Pertamina?
Penunjukan direksi dan komisaris di BUMN melalui tim penilai akhir yang diketuai Presiden sendiri. Lalu kenapa Ahok menyebut para direksi dan komisaris cuma titipan menteri.
Dalam kasus ini, yang kasihan adalah Menteri BUMN Erick Thohir. Ahok menuduh Erick yang tidak-tidak. Erick dituding bisa dilobi oleh para calon direksi dan komisaris.
Pertanyaan sekarang, berani tidak Erick membuka Ahok titipan siapa?
Kedua, apakah Ahok sudah putus asa karena tidak bisa membenahi Pertamina.
Ahok tidak tahan lagi diserang habis-habisan akibat tidak bisa memenuhi janji membereskan Pertamina.
Apalagi, Ahok pernah mengatakan, merem saja Pertamina akan untung.
Tapi seperti diketahui, Pertamina mencatatkan rugi bersih sebesar 767,92 juta dolar AS atau setara Rp 11,13 triliun pada semester I 2020.
Ahok mungkin tidak tahu mau melakukan apa lagi. Tapi, dengan membuka borok Pertamina, mantan Gubernur DKI Jakarta itu sama saja membuka aib sendiri.
Secara tidak sadar, Ahok ada di dalam sistem kebobrokan itu sendiri.
Ahok seharusnya mengetahuai dia menjadi pejabat di Pertamina untuk membenahi dari dalam, bukan sebailknya jelekin dari dalam.
Sehingga muncul pertanyaan, kalau Ahok bisanya hanya marah-marah dan teriak ke luar, dia seperti orang putus asa. Alias sudah tidak sanggup membenahi Pertamina.
Di luar dua pertanyaan besar di atas, pubik paham Ahok memang sudah kebiasannya seperti itu. Yaitu, doyan marah-marah dan menyalahkan orang.
Di masa pandemi Covid-19 ini, pejabat publik seharusnya tidak membuat sensasi dan mengundang kegaduhan.
Kalau misalnya sudah di dalam dan menemukan kebobrokan, sebaiknya dilaporkan ke penegak hukum: KPK, Kejaksaaan atau Kepolisian. Bukan malah berkoar-koar ke luar.
Ahok harus bisa menunjukkan prestasi, bukan sensasi.