DEMOKRASI.CO.ID - Rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta, Prof Musni Umar kembali jadi bulan-bulanan warganet.
Musni Umar dinilai sebagai rektor bodoh. Penilaian itu terkait dengan cuitan Musni Umar tentang Turki dan Yunani.
Dalam cuitannya, Musni Umar berterima kasih kepada NATO karena menjadi mediator untuk mencegah perang antara Turki dan Yunani.
“Terima kasih NATO yg jadi mediator utk cegah perang antara Turki dan Yunani. Itu sesuai usul saya karena kalau perang yg menang jadi arang yg kalah jadi abu,” kata Musni Umar di akun Twitternya, @musniumar.
Gara-gara cuitan tersebut, Musni Umar disebut sebagai rektor bodoh yang berhalusinasi.
Seorang warganet membagikan tangkapan layar pencarian di Google dengan kata kunci ‘rektor bodoh’ dan yang muncul adalah foto-foto Musni Umar.
Meski disebut rektor bodoh, Musni Umar tetap santai. Ia menyebut netter yang mencela dirinya adalah buzzerRp.
“BuzzeRp komentari tweet saya dgn menyebut saya rektor bodoh. Supaya anda tahu, Yunani dan Turki sama2 anggota NATO. Lebih mudah menyelesaikan jika dimediasi NATO. Sama kalau ada sesama anggota ASEAN konflik, bukan dibawa di PBB tapi dimediasi penyelesaiannya oleh ASEAN,” kata Musni Umar, Sabtu (5/9).
Sementara itu, pencarian di Google dengan kata kunci ‘Rektor Universitas Ibnu Chaldun’ terdapat artikel berjudul “[DISINFORMASI] Tweet Rektor Universitas Ibnu Chaldun Bogor Meminta Maaf Baru Bisa Melaporkan Exit Poll DKI Jakarta”.
Artikel tersebut dibuat oleh kominfo.go.id. Kominfo menyebut tweet Musni Umar hoax.
Namun, Kominfo sendiri membuat kesalahan karena menyebut Musni Umar Rektor Universitas Ibnu Chaldun Bogor. Padahal, Musni Umar adalah Rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta.
Postingan itu dibuat Kominfo pada tahun 2019. Namun hingga hari ini, Sabtu (5/9/2020) artikel tersebut masih belum diperbaiki.
Di Bogor memang ada perguruan tinggi yang namanya mirip dengan UIC, yakni Universitas Ibn Khaldun (UIKA). Rektor UIKA bernama Mujahidin. Sebelumnya Rektor UIKA dijabat Ending Bahruddin (periode 2016-2020).