DEMOKRASI.CO.ID - Tikus selama ini dipakai sebagai simbol koruptor karena suka mencuri lumbung pangan. Lalu apa maksud kelompok pendukung calon independen di Pilkada Solo, yakni pasangan Bagyo Wahyono-FX Supardjo memakai nama Tikus Pithi Hanata Baris?
Tikus Pithi Hanata Baris, jika diartikan bebas dalam bahasa Indonesia adalah tikus pithi yang membuat/nenata barisan. Tikus pithi adalah salah satu jenis tikus yang hidup di Indonesia.
Tikus jenis ini berukuran kecil, biasa tinggal di dalam rumah. Di era masyarakat tradisional dulu, tikus pithi biasa bersarang di lumbung pagi atau lumbung pangan untuk memakan hasil pertanian yang disimpan di lumbung.
Ketua Tikus Pithi Hanata Baris, Tuntas Subagyo, mengatakan organisasi tersebut dia dirikan sejak 2014. Tikus Pithi Hanata Baris, kata dia berada di bawah organisasi Panji Panji Hati.
“Tikus Pithi Hanata Baris sudah hampir enam tahun berdiri. Kegiatannya mulai dari sosial, seni, budaya, kegiatan lintas agama, sampai politik,” kata Tuntas di sela-sela pendaftaran Pilkada di KPU Solo, Minggu (6/8/2020).
Bukan hanya kali ini Tikus Pithi melakukan politik praktis. Terakhir, pada Pemilu 2019, mereka mulai memunculkan nama-nama calon untuk mengikuti pesta demokrasi.
Tuntas sendiri sempat menjajal maju menjadi calon Presiden RI dari independen, namun gagal. Kemudian anggota mereka, Budi Yuwono, maju sebagai calon DPD RI dari Jawa Tengah, namun juga gagal.
Terkait Tikus Pithi Hanata Baris, Tuntas menyebut bahwa nama tersebut dimaknai tersendiri olehnya dan teman-temannya. Tikus pithi bukan dimaknai sebagai simbol koruptor atau tikus pemakan padi, tetapi memiliki makna positif.
“Dari sejarah Nusantara ini, pergantian zaman, pergantian kerajaan itu diiringi dengan tikus pithi pacak baris atau hanata baris,” ujarnya.
Menurutnya, tikus pithi juga merupakan simbol rakyat kecil yang selalu bergotong royong Dengan latar belakang tersebut, dia berharap organisasi tersebut mampu membuat perubahan dengan gotong royong masyarakat.
“Kiita harapkan muncul perubahan melalui organisasi ini. Ini barisan rakyat yang bergotong royong, kekeluargaan untuk mencapai perubahan,” demikian paparan Tuntas Subagyo.