DEMOKRASI.CO.ID - Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menjadi buah bibir dalam beberapa waktu terakhir karena mengungkit kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Mantan Panglima TNI tersebut menilai PKI bangkit di Indonesia dengan gaya baru.
Banyak yang menilai pernyataan Gatot ada benarnya. Namun, banyak pula yang menganggap Gatot berlebihan.
Pengamat politik Karyono Wibowo menjelaskan, menjual isu komunis atau PKI dalam konteks pertarungan politik tidak diharamkan.
“Namun, menurut saya, Gatot terlalu sederhana dalam membuat kalkulasi politik jika hanya mengandalkan isu kebangkitan komunis atau PKI,” kata Karyono kepada JPNN.com, Jumat (25/9).
Karyono menduga gaya Gatot mengampanyekan anti-PKI terinspirasi dari Presiden Kedua Indonesia Soeharto.
“Mungkin dia hanya terinspirasi oleh kejayaan Jenderal Besar Soeharto yang berhasil menjadi pemimpin pemerintahan orde baru setelah berhasil menumpas PKI,” imbuh Karyono.
Dia menjelaskan, realita politik saat ini sangat berbeda dengan era ketika Soeharto berkuasa.
Karyono sendiri menyebut narasi yang dibangun untuk mendapatkan panggung politik tidak salah.
Akan tetapi, sambung Karyono, isu komunis maupun PKI sudah kehilangan momentum.
Pasalnya, kondisi saat ini sudah berubah sehingga mengapitalisasi isu komunis maupun PKI untuk kepentingan politik kontemporer tidaklah sederhana.
“Melihat manuver politik Gatot makin membuat orang yakin ada hasrat menjadi salah satu kandidat presiden atau wakil presiden pada pemilu mendatang,” kata Karyono.
Karyono sendiri tidak mempermasalahkan apabila Jenderal Gatot Nurmantyo bersaing pada Pilpres 2024.
Menurut Karyono, semua warga negara memiliki hak yang sama asalkan memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Karyono juga menganggap wajar apabila masyarakat menilai manuver Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) memiliki relevansi dengan kepentingan Gatot menuju Pilpres 2024.
Menurut Karyono, sinyal tersebut saat ini sudah menyala dengan sangat kuat.
“Gelagatnya menunjukkan hasrat yang kuat untuk maju dalam kontestasi pilpres,” jelas Karyono.