DEMOKRASI.CO.ID - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan kondisi kinerja APBN hingga akhir Juli 2020. Fiskal negara belum memberikan tanda-tanda yang bisa membuat ekonomi nasional melaju hingga akhir tahun ini.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini bahkan menyebut ekonomi nasional berpotensi minus di sepanjang tahun 2020. Jika benar begitu, maka Indonesia resmi resesi.
Pada kuartal I-2020, perekonomian Indonesia tumbuh di level 2,97% dan di kuartal II-2020 terkontraksi minus 5,32% akibat pandemi Corona. Sementara untuk kuartal III-2020, dia mengungkapkan outlook pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 berada di kisaran 0% hingga minus 2%. Hal tersebut menyusul belum terjadinya pembalikan ekonomi nasional yang solid.
"Kita memang melihat di kuartal III downside risk tetap menunjukkan risiko yang nyata, kuartal III outlook-nya antara 0% hingga negatif 2%" kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa, Jakarta, Selasa (25/8/2020).
Dengan outlook tersebut, Sri Mulyani mengungkapkan pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2020 akan berada di kisaran minus 1,1% hingga positif 0,2%.
Sri Mulyani mengungkapkan setidaknya ada dua kunci yang bisa menyelamatkan ekonomi tanah air dari jurang resesi, yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi. "Kunci utamanya, konsumsi dan investasi," kata Sri Mulyani.
Guna mendorong laju konsumsi rumah tangga, Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah akan mempercepat penyerapan belanja pemerintah. Dia mengaku akselerasi penyerapan belanja pemerintah juga akan berdampak pada perekonomian di kuartal III-2020.
"Pemerintah akan terus memonitor dan meningkatkan kinerja dari belanja terutama yang berhubungan dengan pemulihan ekonomi sehingga trend untuk pemulihan ekonomi bulan Juli bisa semakin distabilkan dan dibuat jauh lebih bertahan dan positif sehingga kita betul-betul bisa memulihkan ekonomi pada Kuartal ketiga dan selanjutnya," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah menginstruksikan kepada beberapa menteri ekonominya untuk fokus terhadap tingkat konsumsi rumah tangga dan investasi.(dtk)