DEMOKRASI.CO.ID - Ketegangan antara Iran dan Israel sampai pada babak baru, pecahnya perang siber. Sebuah kelompok peretas asal Iran mengklaim telah meluncurkan serangkaian serangan siber yang menargetkan infrastruktrur kereta api Israel sejak 14 Juli.
Sebuah kelompok yang mengaku bernama Cyber Avengers dalam sebuah pernyataan mengataka bahwa pihaknya menargetkan lebih dari 150 server industri kereta api Israel yang mempengaruhi operasi di 28 stasiun kereta api dan kereta bawah tanah negara itu.
Pernyataan itu dipublikasikan oleh saluran Telegram yang terkait dengan pengawal revolusioner Iran (IRGC).
"Operasi cyber besar diluncurkan 14 Juli pukul 1.20 pagi (2050GMT) sampai 24 Juli, saat serangan udara terhadap komandan militer Iran Jenderal Qassem Soleimani pada awal Januari," bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari Memo, Sabtu (1/8).
Operasi berlanjut selama 10 hari, dan berakhir pada 24 Juli. Namun, kelompok itu memperingatkan bahwa bagian 'yang terburuk belum datang', menunjukkan perang siber antara kedua negara kemungkinan akan meningkat.
Kelompok ini juga merilis peta jaringan kereta api Israel, mengidentifikasi 28 stasiun yang menjadi sasaran, termasuk Yerusalem, Universitas Tel Aviv, dan Ben Gurion.
Lebih dari enam hari setelah operasi berakhir, stasiun masih disfungsional akibat kerusakan parah pada peralatan dan infrastruktur.
Kelompok itu mengatakan bisa saja merencanakan agar terjadi tabrakan puluhan kereta di Israel. "Itu menunjukkan bahwa kita dapat merencanakan tabrakan puluhan kereta jika kita menginginkannya," katanya.
Kelompok yang sama awal bulan ini mengklaim bertanggung jawab atas pemadaman listrik besar-besaran di Israel. Namun, para ahli siber mengatakan klaim itu palsu karena tidak ada bukti yang menyertainya.
Dalam beberapa bulan terakhir, serangan siber terhadap infrastruktur air Israel telah dikaitkan dengan kelompok-kelompok siber bayangan Iran, meskipun kedua belah pihak telah menolak untuk secara resmi mengkonfirmasi atau menyangkal mereka.
Perang dunia maya mendapatkan momentum pada bulan April ketika sejumlah pabrik pengolahan air limbah, stasiun pompa, dan unit air limbah di Israel, berada di bawah serangan siber yang berat dan canggih.
Serangan-serangan itu, menurut para ahli dunia maya, dilakukan dengan meretas perangkat lunak komputer pompa air setelah melakukan routing melalui server untuk menyembunyikan sumber serangan.
Pada bulan Mei, sebuah pelabuhan yang ramai di Iran selatan berada di bawah serangan siber, mempengaruhi lalu lintas di sekitar pelabuhan selama berhari-hari. Serangan itu disalahkan pada "peretas asing," tanpa menyebut nama Israel. Namun belakangan. Israel mengakui bertanggungjawab atas retasan tersebut.
Baru-baru ini, ada serangkaian kebakaran "misterius" di Iran, yang memicu kecurigaan sabotase. Namun pemerintah Iran, telah menolak spekulasi itu.
Insiden kebakaran di pabrik nuklir Natanz awal bulan ini sangat aneh. Badan keamanan top Iran mengatakan pihaknya menemukan "penyebab" tetapi menolak untuk membocorkan rincian untuk "alasan keamanan."
Banyak yang meyakini bahwa operasi siber terbaru oleh kelompok anonim adalah bagian dari perang dingin siber yang sedang berlangsung antara dua musuh lama.
Hussain Estahdadi, jurnalis Iran dan analis perang siber, dalam sebuah posting di Twitter mengatakan Israel telah sesumbar tentang kemampuan keamanan sibernya selama dekade terakhir.
Bagaimana mungkin mereka tidak menyadari hanya satu serangan siber pada sistem kereta api mereka," tulisnya.(rmol)