DEMOKRASI.CO.ID - Serangan yang dilancarkan pasukan Hizbullah Lebanon ke wilayah Israel awal pekan kemarin, memiliki arti penting dalam konflik di perbatasan. Bagaimana tidak, ternyata aksi pasukan Muslim Hizbullah ini membuat militer Israel khwatir lantaran belum punya strategi menangkalnya.
Menurut laporan yang dikutip dari The Times of Israel, pasukan Hizbullah Lebanon melancarkan serangan dahsyat awal pekan ini. Rentetan tembakan roket, rudal, dan artileri berat pasukan Hizbullah diarahkan ke wilayah Har Dov.
Israel memang sempat melakukan serangan balasan beberapa hari kemudian. Akan tetapi, aksi Hizbullah mendahuli serangan memiliki arti penting dan ternyata membuat militer Israel khawatir.
Seorang mantan perwira tinggi Tentara Pertahanan Israel yang tak disebutkan namanya meyakini bahwa Hizbullah memiliki sekitar 150.000 artileri roket dan rudal. Siaga di perbatasan dan mengarah ke wilayah Israel, ia tak yakin militer Israel bisa menangkal serangan-serangan Hizbullah.
Mantan perwira tinggi militer Israel ini menilai Tentara Pertahanan Israel lamban dalam memberikan respons. Padahal, serangan-serangan Hizbullah sangat membahayakan kelangsungan hidup warga Israel di wilayah perbatasan.
Tak cuma itu, andai Hizbullah terus menghujani sejumlah wilayah maka akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan di sektor politik dan ekonomi.
"IDF tidak mampu melakukan operasi di Lebanon untuk menghentikan roket dan rudal, yang dengan cukup cepat untuk menghindari kehancuran politik dan ekonomi yang sangat besar," ujar mantan perwira tinggi Tentara Pertahanan Israel.
"Ini akan menimbulkan korban dalam jumlah besar di tanah ini, dan juga ada sedikit alasan untuk berpikir (bagaimana) roket-roket (Hizbullah) bisa dihentikan selama berminggu-minggu dalam skenario ini," katanya.
Dengan kesiagaan tinggi pasukan Hizbullah di wilayah perbatasan, mantan perwira tinggi militer ini tak yakin pasukan Tentara Pertahanan Israel mampu menghalau aksi agresif Hizbullah berikutnya.
"Saya tidak yakin ada yang bisa melakukan operasi ini dengan cukup cepat, untuk melindungi rakyat Israel," katanya. (*)