DEMOKRASI.CO.ID - Politisi PDI Perjuangan Johan Budi meluruskan pernyataannya soal kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemik Covid-19 acap kali membuat bingung masyarakat, dalam konteks di awal masa pagebluk Covid-19 menjangkit tanah air.
“Saya tuh memaparkan sebenernya komunikasi publik. Komunikasi publik kan soal persepsi, jadi persepsi publik terhadap pandemi Covid-19 ini,” ujar Johan Budi saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Kamis (6/8).
“Nah, yang saya lihat cara berkomunikasi diawal-awal pandemik itu lho. Itu kan banyak pernyataan-pernyataan yang berbeda-beda kan?” imbuhnya.
Menurut dia, tidak ada communication leader dari pemerintah saat awal-awal pandemik Covid-19 di Indonesia. Meskipun pada akhirnya pemerintah pemerintah menunjuk Juru Bicara Percepatan Penanganan Covid-19.
“Itu yang saya kritisi. Diawal-awal itu akhirnya membentuk Jubir, meskipun itu sudah tepat, tetapi agak terlambat, saya bilang gitu. Harusnya diawal-awal,” sambungnya.
Dia mencontohkan pernyataan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang sempat menganggap enteng virus corona karena diyakininya akan sembuh dengan sendirinya. Hal ini justru membuat masyarakat semakin lengah dan menganggap bahwa corona tidak berbahaya.
“Saya bilang sebaik-baiknya strategi komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah tapi kalo tidak satu pintu, dan yang lain harus patuh pada comunication leadernya itu jangan bikin pernyataan yang berbeda-beda,” tuturnya.
“Kalau pertanyaannya berbeda-beda maka sebagus apapun startegi itu ya hasilnya masyarakat menjadi tidak percaya gitu,” imbuhnya menegaskan.
Kekinian, lanjut Johan Budi, pemerintah sudah berupaya memperbaiki kekurangan yang terjadi diawal masa pandemik Covid-19. Sebab, prioritas pemerintah saat ini berada pada dua hal dilematis yakni kesehatan dan pemulihan ekonomi.
“Tapi, sekarang kan sudah mulai tertata udah di ini. Nah pemerintah ini kan ada dua hal yang diutamakan; menyelamatkan kesehatannya rakyat sekaligus juga pemulihan ekonomi, ekonomi jangan terganggu. Dilematis yang dua itu,” demikian Johan Budi.