DEMOKRASI.CO.ID - Serangan yang ditujukan kepada Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) disesalkan partai berlambang bintang mercy itu.
Itu setelah pernyataan Ibas yang membandingkan kondisi perekonomian Indonesia saat ini dengan era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam pernyataannya, Ibas membangga-banggakan capaian ayahnya saat dua periode memimpin Indonesia.
Selama dua periode kepemimpinan ayahnya itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 6 persen.
Salah satu kecaman datang dari Wakil Sekjen Partai Demokrat, Jansen Sitindaon.
Menurutnya, pemerintah sejatinya sudah memiliki kewenangan ekstra power.
Pasalnya, didukung UU Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19.
Dengan UU tersebut, semestinya langkah pemerintah sudah dapat membuahkan hasil.
Apalagi, sudah sekitar enam bulan sejak UU dimaksud diterbitkan.
Bukan justru terkesan lempar kesahalahan atas kegagalan mengelola ekonomi nasional dengan menyalahkan pemerintahan sebelumnya.
“Mestinya ada sedikit tanda-tanda kemenangan kecil lah yang kita rasakan. Tapi, faktanya tidak,” kata Jansen Sitindaon RMOL di Jakarta, Jumat (7/8/2020).
Bahkan, kondisi terkini dalam penanganan Covid-19 pun pemerintah tidak mampu berbuat banyak.
Sekalipun pemerintah sudah mengalokasikan anggaran yang cukup besar.
“Angka Covid-19 malah terus naik, tidak pernah sekalipun turun. Padahal dana untuk sektor kesehatan sudah besar,” ujarnya.
Malahan yang terjadi adalah, kata dia, ekonomi Indonesia terus merosot dan ambles.
Semestinya, kondisi ini menjadi cerminan bagi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.
“Bukan malah partai-partai pendukung pemerintah kebakaran jenggot dengar pernyataan Mas Ibas,” cetusnya.
Menurutnya, tantangan yang dihadapi setiap kepemimpinan berbeda-beda.
Karena itu, seharusnya pemerintah termasuk partai-partai pendukungnya saling membahu mengupayakan penanganan Covid-19 di Indonesia.
Meskipun, terkait kondisi ekonomi nasional jauh sebelum pagebluk Covid-19 faktanya terus melemah.
Jansen mengungkap, faktanya, turunnya tren ekonomi Indonesia juga sudah terjadi sejak sebelum Indonesia diterpa pandemi Covid-19.
“Mau dituduh macem-macem pun, faktanya di masa SBY rata-rata pertumbuhan ekonomi kita 6 persen,” ujar dia.
“Dan semua ikut menikmati termasuk yang ikut mencibir saat ini,” katanya.
Sementara, selama pemerintahan Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mentok di angka 5 persen.
Tak seperti era SBY yang kala itu berada di angka rata-rata 6 persen.
“Kalau gagal tak usahlah kita sibuk ngumpulin seribu alasan. Lebih baik instropeksi diri,” cetusnya lagi.
Selain itu, Jansen juga mengingatkan saat awal pemerintahan Presiden Joko Widodo bahwa era SBY meninggalkan ‘warisan’ anggaran negara yang cukup besar.
“Perlu diingat, Pak Jokowi bisa membangun seperti sekarang ini ya karena diwarisi anggaran yang tinggi dari pemerintahan SBY,” ucapnya.
Ia lantas menyinggung masa di saat SBY memulai kepemimpiannya pasca Megawati Soekarnoputri.
“Coba kalau anggarannya sebesar yang ditinggalkan Ibu Mega, bisa bangun apa?” kata Jansen.
Terkait infrastruktur di era SBY, lanjut Jansen, tidak hanya berorientasi pembangun infrastruktur fisik, tetapi juga membangun kehidupan lain.
“Bahkan rakyat masih bisa menikmati subsidi di masa susah. Utang pun tidak sebengkak sekarang,” papar dia.
“Tak mungkin ada presiden tidak membangun infrastruktur selama menjabat, ada-ada aja,” kata Jansen.
“Seperti Indonesia baru ada di masa pemerintahan ini saja,” sindirnya.