DEMOKRASI.CO.ID - Gerakan kotak kosong muncul menjelang Pilkada Solo. Gerakan itu muncul secara spontan, santai, bahkan lucu seolah menertawakan Pilkada Solo yang didominasi Gibran Rakabuming Raka dengan dukungan hampir seluruh partai politik.
Salah satu bentuk sindiran disampaikan dalam karya ilustrasi visual oleh seniman dan akademisi asal Solo, Andi Setiawan. Dia belakangan membuat dua karya yang kontennya cukup menohok.
Karya pertamanya menggambarkan sejumlah masyarakat yang berada di sekitar kursi panas Wali Kota Solo yang diperebutkan dalam Pilkada Solo. Tergambar jelas orang-orang dalam gambar itu sedang tertawa.
Tertulis pula nama-nama kelompok dengan singkatan lucu. Misalnya Mahasiswa Bengawan Anti Dinasti Politik (Mangan Ndas Pitik) dan Serikat Golput Solo (Serigolo).
“Gambar itu jelas sih, karena literally saya beri tulisan Koalisi Warga Solo Menertawakan Pilkada Solo yang Nganu dan Wagu. Ya itu respons masyarakat saja,” kata Andi saat dihubungi detikcom, Jumat (7/8/2020).
Kemudian pada ilustrasi kedua, Andi menggambarkan situasi Idul Adha di sebuah masjid. Terdapat sedikit percakapan yang multitafsir tentang kotak kosong.
“Sebenarnya saya bikin nggak serius-serius amat. Karena memang gerakan ini kan lebih pada menertawakan pilkada,” ujar dosen seni rupa salah satu perguruan tinggi di Solo itu.
Menurutnya, kritik melalui ilustrasi visual akan lebih menarik dilihat masyarakat. Bahkan pada beberapa kasus, kata dia, ilustrasi gambar dapat berdampak lebih luas.
“Sejarah pergerakan kritis melalui visual sudah panjang. Pertama memang menarik perhatian orang. Gambar bisa jadi lebih memancing pemikiran pembaca pesan, karena harus mengamati dulu, apa maksudnya,” ujar dia.
Menurutnya, saat ini gerakan tersebut memang masih spontan. Namun jika nantinya Gibran betul-betul melawan kotak kosong, dia yakin akan muncul gerakan serupa meskipun tidak terorganisasi.
“Saya yakin di Solo banyak individu yang punya pandangan seperti saya. Memang belum ada jejaring. Ke depan belum tahu ke depan apakah berkelompok,” tutupnya.