DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki telah menemukan sumber gas alam besar di Laut Hitam pada Jumat, yang merupakan cadangan gas alam terbesar yang pernah ditemukan Turki.
Erdogan mengatakan Turki menemukan 320 miliar meter kubik cadangan gas alam dan dapat mulai beroperasi segera pada 2023.
Jika gas dapat diekstraksi secara komersial, penemuan tersebut dapat mengubah ketergantungan Turki pada Rusia, Iran, dan Azerbaijan untuk impor energi. Erdogan mengatakan negaranya pada akhirnya bertekad untuk menjadi eksportir energi murni, dilaporkan Reuters, 22 Agustus 2020.
“Turki telah menyadari penemuan gas alam terbesar dalam sejarahnya di Laut Hitam,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi dari istana Ottoman di Istanbul, yang dihubungkan melalui video ke sebuah kapal bor di Laut Hitam bagian barat.
Kapal itu menemukan ladang gas sekitar 100 mil laut di utara pantai Turki.
“Cadangan ini sebenarnya adalah bagian dari sumber daya alam yang jauh lebih besar. Insha Allah akan lebih banyak lagi yang datang,” kata Erdogan. “Tidak akan ada henti sampai kita menjadi eksportir bersih energi.”
Analis mengatakan tidak jelas apakah 320 miliar meter kubik yang dia umumkan mengacu pada perkiraan total gas atau jumlah yang dapat diekstraksi, tetapi bagaimanapun itu merupakan penemuan besar.
“Ini adalah penemuan terbesar Turki dengan selisih lebar, dan salah satu penemuan global terbesar tahun 2020,” kata Thomas Purdie dari konsultan Wood Mackenzie.
Pengumuman besar tentang penemuan gas alam di Laut Hitam adalah langkah maju yang besar bagi Turki, menurut ketua parlemen Turki.
“Ini hari bersejarah, titik balik bangsa kita. Turki akan tumbuh dengan pesat dan mengambil langkah besar menuju kemakmuran dan pembangunan dengan menghilangkan biaya energi,” kata Mustafa Sentop kepada kantor berita Anadolu.
Penemuan gas itu terletak di perairan sedalam 2.100 meter, kata Menteri Energi Fatih Donmez, dengan pengeboran hingga 1.400 meter di bawah dasar laut. “Kami akan turun 1.000 meter lagi….dan data menunjukkan kami mungkin juga akan menemukan gas di sana.”
Erdogan mengatakan semua pengujian, analisis dan studi teknik yang diperlukan telah diselesaikan di sumur Tuna-1, lokasi penemuan gas alam, yang sekarang berganti nama menjadi Ladang Gas Sakarya berdasarkan nama provinsi Laut Hitam di dekatnya.
Kapal pengebor Fatih adalah yang menemukan ladang gas ini dan telah beroperas sejak 20 Juli.
Kapal Fatih setinggi 103 meter dibongkar di Istanbul untuk memungkinkan kapal melintas dengan aman di bawah jembatan yang membentang di Selat Bosphorus sebelum perjalanannya ke utara menuju Laut Hitam.
Kapal itu berlayar pada 29 Mei dari Istanbul ke Pelabuhan Trabzon di Laut Hitam, di mana kapal itu mencapai tujuannya untuk dirakit kembali pada 6 Juni.
Turki telah melakukan sembilan pengeboran laut dalam dengan kapal pengeboran Fatih dan Yavuz di Laut Hitam dan Laut Mediterania, kata Erdogan.
Turki akan meningkatkan pekerjaannya di Laut Mediterania pada akhir tahun dengan kapal bor Kanuni, yang saat ini sedang dalam pemeliharaan.
Pekan lalu, Turki melanjutkan eksplorasi energi di Mediterania Timur setelah Yunani dan Mesir menandatangani kesepakatan pembatasan maritim yang kontroversial.
Kesepakatan itu diteken beberapa hari setelah Turki mengatakan akan menunda eksplorasi minyak dan gasnya sebagai isyarat niat baik.
Tetapi setelah menyatakan kesepakatan Yunani-Mesir batal demi hukum, Turki mengizinkan kapal penelitian Oruc Reis untuk melanjutkan aktivitasnya di perairan Mediterania.
Kapal tersebut akan melanjutkan misi dua minggu hingga 23 Agustus bersama dengan kapal Cengiz Han dan Ataman.
Penemuan gas alam utama Turki di Laut Hitam diharapkan memainkan peran penting dalam menurunkan pengeluaran impor gas tahunan negara sebesar US$ 12 miliar (Rp 177,2 triliun) dan membantu meringankan defisit neraca berjalan yang telah mendorong lira ke rekor terendah terhadap dolar AS.
“Kami akan menghapus defisit transaksi berjalan dari agenda negara kami,” kata Menteri Keuangan Berat Albayrak, berbicara dari geladak kapal bor Fatih.
Banyak pejabat dan analis telah memperingatkan bahwa dibutuhkan waktu hingga satu dekade bagi Turki untuk mengoperasikan gas dari Laut Hitam yang ditemukan, dan akan membutuhkan investasi miliaran dolar untuk membangun infrastruktur untuk produksi dan pasokan.
Tetapi Sohbet Karbuz, direktur hidrokarbon di Observatorium Mediterania untuk Energi yang berbasis di Paris, mengatakan Turki dapat bergerak maju dengan cepat dengan keputusan investasi.
“Prosesnya akan berjalan sangat cepat, dari segi pembiayaan, waktu dan prosedur. Bantuan mungkin akan dibutuhkan dari perusahaan asing dari segi teknis dan teknologi, tapi saya melihat 2023 sebagai target yang masuk akal,” kata Karbuz.
Dalam wawancara nanti dengan TRT Haber, Menteri Energi Turki Donmez mengatakan eksplorasi gas di lapangan akan ditangani oleh perusahaan milik negara.
Sumber Turki mengatakan kepada Reuters pada Kamis bahwa penemuan itu mengandung cadangan gas yang diharapkan sebesar 800 miliar meter kubik.
Selain Laut Hitam, Turki telah mengeksplorasi hidrokarbon di Mediterania, di mana operasi survei di perairan yang disengketakan telah menarik protes dari Yunani dan Siprus. Kapal perang Yunani dan Turki yang membuntuti kapal survei Turki bertabrakan di sana minggu lalu.