DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Recep Tayyip Erdoğan dan pejabat pemerintah serta para militer dan pemimpin oposisi, meletakkan karangan bunga di Anitkabir, makam Mustafa Kemal Atatürk, menandai Peringatan 98 Tahun Hari Kemenangan.
Mustafa Kemal Atatürk adalah pemimpin Perang Kemerdekaan Turki dan pendiri serta Presiden pertama Republik Turki.
Dalam pidatonya pada peringatan Hari Kemerdekaan, Minggu (30/8), Erdogan mengingatkan kembali tentang sejarah pertempuran Perang Kemerdekaan pada 1922 yang menentukan perlawanan Turki terhadap Yunani. Saat ini, muncul kembali ancaman konflik baru dengan negara itu yang membayangi di Mediterania timur.
"Perjuangan Turki untuk kemerdekaan dan masa depan, tidak pernah berhenti, bahkan berlanjut hingga hari ini," kata Erdogan, seperti dikutip dari TRT.
"Ini sama sekali bukan kebetulan bahwa mereka yang berusaha mengeluarkan kita dari Mediterania timur adalah penjajah yang sama dengan mereka yang mencoba menyerang tanah air kita seabad lalu," lanjutnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan Turki dan Yunani terlibat dalam serangkaian latihan militer di laut antara Siprus dan pulau Kreta Yunani.
"Turki, di Mediterania timur khususnya, tidak akan tunduk pada bahasa ancaman, intimidasi dan pemerasan, akan terus mempertahankan hak-haknya yang timbul dari hukum internasional dan perjanjian bilateral," kata Erdogan.
Turki dan Yunani terlibat konflik terkait klaim atas ladang gas lepas pantai utama.
Selain mengecam Yunani, Erdogan juga mengecam para pemimpin Prancis yang ikut campur dalam masalah ini. Menurutnya, Prancis dan Yunani tidak kompeten. Mereka menantang eksplorasi energi Turki di Mediterania Timur.
Dukungan Prancis untuk Yunani telah membawa konflik itu ke dalam krisis serius bagi aliansi militer NATO.
Siprus adalah negara ketiga yang ikut bersaing untuk mendapatkan akses ke cadangan energi besar yang telah ditemukan Turki di wilayah tersebut.
“Apakah rakyat Yunani menerima apa yang bisa terjadi pada mereka karena pemimpin mereka yang serakah dan tidak kompeten? Apakah rakyat Prancis tahu harga yang akan mereka bayar karena pemimpin mereka yang serakah dan tidak kompeten?” tegas Erdogan.
Erdogan juga menantang Yunani dan Prancis secara khusus, dan berkata bahwa negaranya dalam posisi siap untuk berperang. “Ketika tiba saatnya untuk berperang, kami tidak akan ragu untuk berkorban,” ucapnya.
Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay, juga memperingatkan Yunani untuk tidak memperluas zona pesisirnya ke Laut Ionia sejauh enam mil laut di bawah hukum maritim internasional. Dia mengatakan, tindakan itu akan menjadi “casus belli” yang dapat menyebabkan konflik bersenjata.[rmol]