DEMOKRASI.CO.ID - Pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD dikecam keras karena mengatakan di bulan September mendatang hampir pasti Indonesia mengalami krisis. Tingkat kepastiannya, menurut Mahfud MD sebesar 99 persen.
Menurut Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono, pernyataan Mahfud MD itu kontraproduktif dan bikin gaduh.
“Ini menteri yang tidak kompeten ngomong perekonomian kok malah jadi kompor meleduk nakut-nakuti masyarakat dan pelaku usaha. Piye iki Kangmas Jokowi? Bukannya membangun trust di masyarakat dan percaya diri di saat pandemi Covid-19,” ujar Arief Poyuono dalam perbincangan dengan redaksi Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu.
Arief Poyuono mengatakan, resesi ekonomi dalam teori pertumbuhan ekonomi hanya sekadar hitungan statistik yang disajikan lembaga survei, dalam hal ini Badan Pusat Statistik (BPS) dalam bentuk indeks pertumbuhan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi dalam dua kwartal tahun ini mengalami pertumbuhan minus
“Resesi ekonomi yang dimaksud itu sebenarnya bukan sebuah fakta yang real,” ujar Arief Poyuono.
Apalagi, sambungnya, sebesar 56,7 persen kegiatan ekonomi Indonesia bersifat under ground atau sektor informal yang tidak terhitung oleh BPS saat melakukan survei untuk menghitung Produk Domestik Bruto (PDB).
“Banyak indikator sisi konsumsi masyarakat yang jadi faktor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi tidak terhitung secara akurat, terutama komsumsi barang dan jasa yang dihasilkan sektor informal dan kegiatan under ground ekonomi di Indonesia,” jelasnya.
Dia mencontohkan, alat pelindung diri dalam bentuk masker. Menurutnya, BPS tidak pernah menghitung masker yang diproduksi UKM. Sejauh ini yang dihitung adalah masker yang produksi industri besar.
“Jadi tolong menteri Jokowi jangan bikin gaduh terkait keadaan ekonomi nasional. Kerja saja percepat semua program penyelamatan ekonomi nasional, jangan malah nakutin masyarakat dengan data-data yang tidak benar,” demikian Arief Poyuono yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra. (Rmol)