DEMOKRASI.CO.ID - Rencana reshuffle kabinet yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidato kemarahannya di Sidang Kabinet Paripurna mulai dipertanyakan banyak pihak.
Termasuk salah satunya oleh Direktur Eksekutif Voxpol Centre Pangi Syarwi Chaniago, yang mengkritik gaya baru Jokowi untuk mengubah struktur kabinetnya dengan marah-marah.
"Ketimbang marah-marah di depan para menteri, jauh lebih berkelas beliau melakukan reshuffle senyap berbasis kinerja, bukan lagi waktunya reshuffle berbasis bagi-bagi kue kekuasaan," ujar Pangi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (3/7).
Yang diperlukan saat ini, menurut Pangi adalah melakukan reshuffle dengan menggantikan para menteri yang tidak becus bekerja.
Pasalnya Pangi menilai, banyak kegagalan yang dilakukan pemerintahan Jokowi disaat pandemik mewabah di dalam negeri. Misalnya masalah bantuan sosial, masalah ketenagakerjaan, masalah sosial masyarakat seperti isu Pancasila vs PKI, dan masalah pengendalian penularan Covid-19.
"Reshuffle wajib berbasis Key Performance Indicator (KPI) yang terukur, bukan penilaian berdasarkan like or dislike, asumsi, pikiran liar, berdasarkan penilaian klaim semata," ucapnya.
Jauh lebih baik atau terhormat langsung saja reshuffle tanpa bising di ruang panggung publik, presiden ceramah, ngomel di depan menteri sudah enngak menarik lagi dipertontonkan, sudah enngak zamannya menteri diceramahi pakai marah-marah segala," demikian Pangi Syarwi Chaniago. (Rmol)