DEMOKRASI.CO.ID - Kisruh antara Amerika Serikat (AS) dan China seperti tidak kunjung usai. Presiden AS Donald Trump terkini semakin murka ke China karena virus Corona (COVID-19) di Negeri Paman Sam yang semakin menggila.
Selama ini Trump kerap menyalahkan China yang dipimpin Presiden Xi Jinping atas musibah virus Corona. Trump sempat ingin mengusut asal-muasal virus Corona yang disebut dari laboratorium di Kota Wuhan.
Saat angka kasus Corona di AS terus meningkat, kemurkaan Trump terhadap China juga meningkat. Pernyataan-pernyataan Trump yang menyalahkan China atas pandemi Corona, telah meningkatkan ketegangan antara kedua negara karena perang dagang yang sedang berlangsung.
Ketika saya menyaksikan pandemi menyebarkan wajahnya yang buruk di seluruh dunia, termasuk kerusakan luar biasa yang terjadi pada AS, saya menjadi semakin marah pada China," demikian cuitan Trump di Twitter seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (1/7).
Trump mengatakan AS telah melakukan tes virus Corona terbanyak di dunia kala China mengklaim melakukan tes Corona tiga kali lebih banyak daripada AS.
"Kami memiliki lebih banyak kasus karena kami melakukan pengujian terbesar. Negara lain, mereka tidak menguji jutaan," ucap Trump.
Di tengah lonjakan dalam kasus-kasus baru Corona di AS, khususnya di wiayah selatan dan barat, pakar penyakit menular Anthony Fauci mengatakan kepada Kongres Selasa (30/6) waktu setempat, bahwa segala sesuatu "berjalan ke arah yang salah," dan bahwa "jelas kita tidak berada dalam kendali penuh saat ini."
Lonjakan mengkhawatirkan dalam kasus-kasus baru di hotspot selatan Texas dan Florida mendorong total kasus baru nasional setiap hari menjadi lebih dari 40.000 kasus per hari. Fauci mengatakan, lonjakan ini perlu dicegah dengan cepat untuk menghindari lonjakan berbahaya di tempat-tempat lainnya di negara tersebut.
Dia juga memperingatkan bahwa kasus-kasus baru Corona di AS bisa lebih dari dua kali lipat menjadi 100.000 kasus per hari, jika pihak berwenang dan masyarakat gagal mengambil langkah untuk menekan pandemi.
"Jelas kita tidak dalam kendali penuh saat ini," kata Direktur Institut Nasional untuk Penyakit Menular dan Alergi tersebut.
Berdasarkan data terakhir yang dihimpun, kasus virus Corona di AS mencapai 2.890.588 (2,85 juta) kasus. Selain itu, ada total 132.101 pasien meninggal dan 1.235.488 (1,23 juta) pasien yang sembuh. AS juga menjadi negara dengan kasus positif virus Corona terbanyak di dunia.(dtk)