DEMOKRASI.CO.ID - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengajak publik untuk sama-sama berdoa agar virus Corona melemah. Hal ini disampaikan Tito saat berpidato dalam rapat koordinasi kesiapan Pilkada 2020 dan pengarahan Gugus Tugas Covid-19 di Kalimantan Barat pada hari ini, Ahad, 19 Juli 2020.
"Mari kita berdoa kepada Yang Maha Kuasa, kalau vaksin enggak ketemu, janganlah herd immunity, tapi virusnya yang melemah," kata Tito dikutip dari akun Youtube Kemendagri RI. "Kira-kira gitu, karena ini semua berasal dari Tuhan, hanya Tuhanlah yang bisa menyelesaikan," kata Tito.
Tito sebelumnya membeberkan ada tiga skenario terkait kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Tiga skenario itu ialah vaksinasi massal, herd immunity, hingga melemahnya virus akibat mutasi.
Tito mengaku mendapatkan informasi ini dari hasil isengnya berselancar di mesin pencari Google dan memasukkan kata kunci 'how pandemy ends'.
"Pertama, kalau vaksin ditemukan, jelas. Kalau vaksin ditemukan maka pandemi selesai. Pertanyaannya, ada enggak yang bisa menjamin kapan ini ditemukan," kata Tito.
Mantan Kepala Polri ini mengatakan saat ini memang ada kabar baik ihwal vaksin buatan Sinovac, perusahaan biofarmasi dari Cina yang sudah hampir rampung. Indonesia melalui PT Bio Farma pun telah bekerja sama dengan Sinovac.
Namun, vaksin Sinovac tersebut masih harus menjalani tahap uji klinis massal. Jika berhasil barulah vaksin bisa diproduksi massal. Dengan perkiraan uji klinis massal selesai akhir tahun ini, artinya awal tahun depan akan ada produksi massal.
"Kita berdoa mudah-mudahan yang menemukan vaksin paling awal, Sinovac, cocok dengan virus Covid-19 yang ada di kita (Indonesia)," ujar Tito, mengingat ada perbedaan sekuens antara virus-virus SARS-CoV-2 yang ditemukan di Cina, Amerika, dan Eropa.
Tito menyebut masalah belum selesai ketika vaksin ditemukan. Vaksin tersebut masih harus diproduksi secara massal hingga cukup untuk memvaksinasi dua pertiga penduduk. Artinya, Indonesia memerlukan setidaknya sekitar 170 juta vaksin.
Kemudian, vaksin Covid-19 tersebut masih harus didistribusikan ke berbagai daerah. Terakhir, eksekusi vaksinasi pun memerlukan tenaga kesehatan. Sedangkan rasio tenaga kesehatan di Indonesia amat kecil jika dibandingkan jumlah penduduk.
Skenario kedua yang disampaikan Tito adalah herd immunity. Artinya, semua orang dibiarkan tertular. Yang kuat kekebalan tubuhnya akan bertahan, sedangkan yang tak kuat akan sakit. Ia menyebut ini terjadi dalam pandemi Black Death pada abad ke-14.
Ketika itu, kata Tito, 70-100 juta populasi Eropa dan Asia Tengah meninggal akibat bakteri yang terdapat di urine tikus. "Dibiarkan enggak ada obatnya, yang survive ya survive, yang enggak kuat wafat," ujar Tito.
Herd immunity lainnya, kata Tito, terjadi dalam wabah Spanish Flu pada 1917-1920. Pageblug ini mengakibatkan 50 juta lebih manusia meninggal.
Adapun skenario ketiga menurut Tito ialah melemahnya virus Corona dari waktu ke waktu akibat mutasi. Kata dia, contohnya virus influenza. Tito mengatakan skenario inilah yang terbaik jika bisa terjadi. "Influenza sampai hari ini masih ada, tapi bukan menakutkan betul," ucap dia.
Tito menyampaikan hal ini untuk menjelaskan mengapa Pilkada serentak tetap digelar pada tahun ini. Selain belum ada kejelasan kapan pandemi berakhir, Tito mengatakan pemerintah Indonesia juga mencermati negara-negara lain di dunia yang tetap menggelar pemilu, serta mempertimbangkan dampak pelambatan ekonomi. (*)