logo
×

Jumat, 03 Juli 2020

Solusi 'Nikah Massal' ala Nadiem untuk Siswa SMK

Solusi 'Nikah Massal' ala Nadiem untuk Siswa SMK

DEMOKRASI.CO.ID - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbut) Nadiem Makarim ingin mengikat sekolah vokasi, terutama SMK dengan industri. Nadiem memberikan istilah 'nikah masal' untuk konsep penyatuan antara sekolah vokasi dengan dunia industri itu.
"Untuk vokasi tema bapak-ibu yang selalu dan Pak Wikan tentunya akan selalu menjadi gongnya itu namanya pernikahan massal. Dan kita menggunakan analogi ini karena menurut kami ini yang bisa menjadi tema yang mendorong sekolah vokasi baik politeknik maupun SMK untuk ramai-ramai mencari jodoh," kata Mendikbud Nadiem Makarim dalam rapat kerja (raker) virtual dengan Komisi X DPR RI, Kamis (2/7/2020).

Menurut Nadiem, SMK memang harus mencari 'jodoh' dunia industri. Itulah yang membedakan dengan sekolah umum non vokasi.

"Ramai-ramai mencari jodoh di bidang industri. Yang namanya vokasi itu, tidak vokasi kalau kurikulum atau pengajarnya dan arahannya bukan kepada industri atau yang mereka fokus sektor kerjanya," ujar Nadiem.

"Itu yang menjadi filsafat utama dalam revitalisasi SMK dan politeknik kita," tambah Nadiem.

Dengan 'nikah masal' ini, SMK bisa menyalurkan sebanyak mungkin lulusan ke perusahaan. "Ada beberapa bentuk kerja sama, tapi ujung-ujungnya yang kita harapkan kerja sama yang terpenting adalah adanya penyerapan lulusan sekolah itu langsung kepada dunia kerjanya," ucap Nadiem.

Nadiem pun menyampaikan pentingnya tanda sah 'nikah' antara SMK dengan industri. Ikatan diantara keduanya bisa berupa kontrak.

Jadinya, kalau pernikahannya itu tidak menghasilkan kontrak kerja sama atau kontrak rekrutmen, itu artinya belum sah lah pernikahannya. Itu yang kita push kepada sekolah-sekolah kita," imbuhnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komite Tetap Pelatihan Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Miftahudin menyambut baik 'Pernikahan Massal' antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) tersebut. Menurutnya, dalam waktu 15 tahun, Indonesia harus menyiapkan lapangan kerja yang cukup. Jika tidak, jumlah pengangguran baru akan mengalami peningkatan.

"Maka dari itu link and match menjadi penting. Sekarang mulai kita rumuskan supaya lulusan pendidikan vokasi, seperti SMK bisa match dengan industri. Kita membangun kemitraan untuk menjembatani lulusan SMK dengan dunia kerja," ujar Miftah dalam keterangan tertulis, Rabu (1/7).(dtk)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: