DEMOKRASI.CO.ID - Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo membantah informasi bahwa Kota Solo telah menjadi zona hitam penyebaran Covid-19 di Jateng. “Jarene sopo (kata siapa) Solo zona hitam, siapa yang bilang,” katanya kepada wartawan di Semarang, Selasa (14/7).
Lebih lanjut Ganjar menyatakan, tidak mengerti dan merasa heran kenapa Kota Solo tiba-tiba mendapat predikat sebagai zona hitam penyebaran Covid-19.
Menurutnya, kemungkinan itu penilaian pengamat atau ada yang tidak senang, karena penanganannya selalu dikontrol. “Saat ini kasus Covid-19 yang menonjol di Solo ya di RSUD dr. Moewardi dan UNS itu saja,” ujar Ganjar.
Dua klaster baru penyebaran Covid-19 di Solo tersebut, lanjutnya, sudah dilakukan tindakan-tindakan dengan tracing, rapid tes, serta isolasi kepada pihak-pihak sudah diterapkan.
“Saya heran kok banyak yang bilang Kota Solo zona hitam Covid-19. Mungkin yang hitam itu bajumu,” kata Ganjar bercanda sambil menunjuk baju salah satu wartawan berbaju hitam.
Berdasarkan data website corona.jatengprov.go.id, pada Selasa (14/7), jumlah pasien positif Covid-19 di Kota Solo sebanyak 15 orang serta jumlah ODP sebanyak 6 orang dan PDP 20 orang. Jumlah kasus di Solo ini masih kalah dibanding atas Kota Semarang dengan kasus positif sebanyak 848 orang atau Jepara sebanyak 517 orang.
Sementara Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani sebelumnya menyatakan Kota Solo zona hitam, karena penambahan jumlah kasus Covid-19 meningkat dratis.
Menurut Ahyani yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kota Solo penambahan kasus Covid-19 mencapai 18 orang yang biasanya hanya satu hingga dua orang.
Penambahan jumlah tersebut banyak disumbang dari klaster tenaga kesehatan di RSUD dr. Moewardi (RSDM) sebanyak 15 orang. (*)