DEMOKRASI.CO.ID - Sebuah pesawat tempur milik Angkatan Udara Turki yang sedang melakukan operasi pengintaian dikabarkan telah jatuh secara tiba-tiba di daerah pegunungan Turki timur. Diduga kuat pesawat militer Turki jatuh karena ditembak oleh musuh. Tujuh perwira militer Turki dikabarkan tewas atas insiden tersebut.
Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu mengatakan, pesawat pengintai militer Turki jatuh di provinsi Van Timur, tepatnya di daerah pegunungan pada ketinggian 2.200 kaki atau 670 meter.
Lima pejabat keamanan yang turut dalam penerbangan itu dipastikan tewas.
"Tujuh personel keamanan Turki tewas, termasuk dua pilot," kata Suleyman Soylu dikutip dari Reuters, Kamis, 16 Juli 2020.
Ia menambahkan, pesawat militer Angkatan Udara Turki itu terakhir melakukan kontak pada hari Rabu, 15 Juli 2020 sekitar pukul 10.30 malam waktu setempat. "Pesawat tiba-tiba menghilang dari radar 13 menit kemudian," ujarnya.
Sayangnya, sampai saat ini belum ada penjelasan spesifik terkait dengan penyebab jatuhnya pesawat militer Turki tersebut. Soylu juga tidak menjelaskan secara rinci pesawat militer Angkatan Udara Turki itu sedang menjalankan operasi pengintaian apa sebelum jatuh. Dia hanya mengatakan, pihaknya saat ini telah membuat tim investigasi untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat pengintai tersebut.
Sebagaimana diketahui, saat ini militer Turki telah terlibat dalam beberapa konflik besar baik di dalam negaranya maupun di luar negaranya. Di dalam negranya, pasukan militer Turki tengah fokus dalam memerangi kelompok gerilyawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Turki Tengggara. PKK mengangkat senjata melawan pasukan pemerintah Turki sejak tahun 1984 silam, mereka melancarkan sejumlah perlawanan untuk otonomi di tenggara Kurdi. Dan akhir-akhir ini konflik antara pasukan militer Turki dengan pasukan gerilyawan Kurdistan mengalami peningkatan.
Di luar negaranya, Turki saat ini menggunakan kekuatan militernya untuk mendukung pemerintahan Libya hasil Kesepakatan Nasional (GNA) dalam menghadapi pemberontak Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar yang didukung oleh tentara bayaran Rusia, UEA, dan Mesir.
Baru-baru ini, Mesir yang notabene mendukung pasukan LNA pimpinan Marsekal Khalifa Haftar mengungkapkan kemurkaannya terhadap Turki terkait dengan situasi di Libya. Bahkan, Mesir telah mengerahkan pasukan militernya ke sekitar perbatasan Libya dan mengancam akan membantu tentara LNA untuk berhadapan dengan pasukan militer GNA dan Turki. (*)