DEMOKRASI.CO.ID - Amerika Serikat memiliki noda sejarah penerbangan militer buruk kepada Indonesia.
Negara Adi Kuasa ini pernah dengan semena-mena menerobos wilayah langit kedaulatan Negara Kesatuan Negara Indonesia dengan jet tempur canggihnya.
Peristiwa itu terjadi pada Kamis 3 Juli 2003 atau genap 17 tahun lalu, ketika itu lima jet tempur Amerika bermesin ganda F-18 Hornet nekat terbang di atas wilayah sekitar Pulau Bawean.
Tak cuma menerobos masuk ke wilayah NKRI, lima jet tempur Amerika itu juga melakukan manuver udara yang membahayakan penerbangan manuver di jalur penerbangan sipil Green 63.
Mereka benar-benar terbang dan bermanuver semaunya, entah itu terbang naik turun ataupun manuver kiri kanan pada ketinggian 15.000 hingga 35.000 kaki dengan kecepatan 450 knot.
Aktivitas jet tempur Amerika itu pertama kali terdeteksi di monitor Military Civil Coordinator Center (MCCC) Bandara Ngurah Rai, Bali. Awalnya benda yang tertangkap monitor MCCC hanya dinamai Laporan Sasaran tak dikenal alias Lasa X. Hanya saja setelah diteliti, ternyata Lasa X itu adalah jet tempur F-18 Hornet.
Dalam catatan sejarah di museum TNI, dikutip VIVA Militer Jumat 3 Juli 2020, TNI tak tinggal diam dengan perbuatan jet tempur Amerika itu.
Setelah mendapatkan perintah terbang untuk melakukan penyelidikan dari Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional, Marsda TNI Wresniwiro yang diperintahkan berjenjang melalui Pangkosek Hanudnas II Marsma TNI Pandji Utama lalu ke Komandan Skadron 3, Letkol Pnb Tatang Hariansyah.
Dengan gagah berani, TNI menerbangkan dua pesawat tempur F-16 Fighting Falcon untuk menghentikan kegiatan jet-jet tempur Amerika itu.
Jika dilihat dari kacamata teknologi, tentu saja kedua pesawat tempur TNI AU itu kalah jauh dari 5 jet tempur Amerika. F-16 merupakan pesawat bermesin tunggal, sedangkan F-18 Hornet bermesin ganda.
Namun, hal itu tak menyurutkan nyali 4 penerbang tempur TNI untuk mengusir mencegat lima jet tempur AS. Dengan hanya bersenjatakan masing-masing dua rudal AIM-9P4 dan kurang dari 500 butir peluru kaliber 20 mm mereka terbang dari Pangkalan Udara Iswahyudi Madiun, Jawa Timur.
Setelah mengudara dan berhasil mendeteksi keberadaan jet-jet tempur liar itu, saat baru 2 F-18 Hornet yang terdeteksi. Tapi secara tak terduga jet tempur Amerika langsung menyerang Falcon 1 yang diawaki Kapten Pnb Ian Fuadi/Kapten Pnb Fajar Adriyanto dan Falcon 2 yang diawaki Kapten Pnb Tonny Haryono/Kapt Pnb Satriyo Utomo.
Kedua pesawat tempur TNI AU itu dikunci dan sudah dalam posisi siap ditembak. Dalam kondisi itu, para penerbang TNI AU melakukan perlawanan dan perang saling jamming radar pun terjadi.
Lima F-18 Hornet itu kembali melakukan penguncian target, tapi lagi-lagi kedua F-16 TNI mampu lolos dari kuncian setelah melakukan gerakan khusus. Malah Falcon 1 dan 2 berhasil mengecoh lawan. Hanya saja tiba-tiba saja muncul 3 jet tempur Amerika lainnya.
Langit Jawa kala itu menjadi sangat menakutkan, kini 2 pesawat tempur TNI AU berhadapan dengan 5 jet tempur Amerika. Bahkan Operator Surabaya Director terpaksa semua pesawat sipil segera menjauh dari area manuver jet-jet tempur itu.
Falcon 1 dan 2 berusaha memberikan peringatan kepada lawan bahwa mereka berada di atas wilayah Indonesia. Hanya saja jet-jet Hornet tak menggubris peringatan itu dan mengklaim mereka berada di wilayah internasional.
Para penerbang TNI AU sangat geram tapi mereka tak mau memicu konfrontasi senjata dan memilih meredam suasana dengan memerintahkan F-18 Hornet untuk menghubungi ATC Bali atau Surabaya. Jika konfrontasi terjadi dampaknya bisa berbahaya.
Dan menariknya setelah berbicara dengan ATC, kelima jet tempur Amerika itu mau pergi dan kembali ke Kapal Induk Nuklir US Carl Vision yang menjadi markas mereka.
Sementara itu, setelah kepergian 5 jet tempur Amerika. Falcon 1 dan 2 kembali ke Lanud Iswahyudi. Tapi sebelumnya mereka melakukan patroli untuk memastikan kondisi sudah benar-benar aman dan membuktikan kepada Amerika bahwa TNI siaga.
Bagi ini Indonesia ini merupakan sebuah peristiwa terburuk dunia penerbangan yang tak boleh lagi terulang di masa akan datang. [viva]