DEMOKRASI.CO.ID - Seiring bergulirnya isu reshuffle kabinet pasca Presiden Joko Widodo "marah-marah", terus menjadi bola liar di tengah masyarakat.
Anggota DPR, Netty Prasetiyani turut menyoroti kemungkinan pergantian menteri yang akan didepak. Bagi Netty, sektor kesehatan yang merupakan mitra kerjanya di parlemen mesti ada perubahan.
"Tapi persoalan intinya bukan pada pergantian menteri, tapi apa dampaknya untuk rakyat. Reshuffle atau tidak, semua kebijakan harus untuk kepentingan rakyat. Jadi bukan sekadar marah-marah, tapi sejauh mana hal itu mendorong para menteri bekerja optimal menghasilkan kebijakan pro rakyat," kata Netty dalam keterangannya kepada redaksi, Jumat (10/7).
Menurutnya, video presiden "marah-marah" itu diunggah sekitar seminggu setelah peristiwa. Seharusnya, sebelum video beredar para menteri ini harus sudah melihat ada progress penanganan Covid-19.
"Nyatanya tidak ada progres signifikan. Kasus positif makin tinggi, penyerapan anggaran belum sesuai dengan kebutuhan lapangan, dan penanganan dampak ikutan juga masih sengkarut. Apakah kemarahan presiden hanya dianggap angin lalu oleh para menterinya atau karena mereka tidak tahu harus melakukan apa?" tanya Netty.
Politisi PKS yang merupakan istri Ahmad Heryawan ini khawatir, isu pergantian kabinet hanya menambah daftar panjang lemahnya pengelolaan komunikasi di internal pemerintah.
Masyarakat makin bingung dengan komunikasi yang riuh rendah, sementara angka kasus makin meningkat, jumlah pekerja di-PHK dan dirumahkan makin banyak, dan masyarakat mulai giat ke luar rumah dengan anjuran new normal," ucapnya.
"Jika itu yang terjadi, maka anggapan publik bahwa pemerintah selama ini hanya sekadar berwacana tidak seratus persen salah," demikian Netty Aher.
(Rmol)