logo
×

Jumat, 10 Juli 2020

Nadiem Makarim Tak Ada Progres Pimpin Mendikbud, MUI: Mungkin Pak Jokowi Terhipnotis

Nadiem Makarim Tak Ada Progres Pimpin Mendikbud, MUI: Mungkin Pak Jokowi Terhipnotis

DEMOKRASI.CO.ID - Tangan dingin Nadiem Makarim saat mengelola layanan transportasi daring Gojek yang mampu meraup untung 10 kali lipat dari laba yang didapat PT Garuda Indonesia ternyata tidak ampuh saat memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

“Mungkin Pak Jokowi terhinoptis dengan keberhasilan Mendikbud pada saat mengelola Gojek dengan keuntungan yang dahsyat dan luar biasa. Tapi saat diangkat menjadi Mendikbud sejak Oktober 2019 hingga detik ini, yang ada hanya slogan-slogan,” kata Wakil Sekjen MUI Najamuddin Ramli, Kamis (9/7).

Program Merdeka Belajar yang dicanangkan Nadiem pun turut dikritik Najamuddin.

Ia berpendapat program tersebut sebenarnya sudah dilakukan sekitar 30-40 tahun lalu.

Merdeka belajar telah dikenalkan menteri-menteri pendidikan sebelumnya.

“Program ini merupakan bagian dari sistem andragogi pendidikan orang dewasa sebagai lawan dari paedagogi pengajaran kepada anak kecil,” ungkap Najamuddin.

Karena itu, Najamuddin mempertanyakan alasan yang masuk akal jika Nadiem masih akan dipertahankan sebagai Mendikbud.

Sebab menurutnya, era Kemendikbud terdahulu sudah sukses membawa pendidikan Indonesia ke arah lebih baik, mulai dari Menteri Bambang Sudibyo, Muhammad Nuh, Anies Baswedan, hingga Muhajir Effendy.

“Patut dipertanyakan, apakah masih layak dipertahankan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud dengan tidak ada prestasi, malahan menurunkan kualitas pendidikan saat ini,” urainya.

Ia pun khawatir bila pendidikan Indonesia digawangi oleh sosok minim pengalaman justru akan merusak tatanan pendidikan yang sudah berjalan.

Padahal, Kemedikbud adalah kementerian besar yang menjadi andalan utama bangsa ini dalam membangun sumber daya manusia.

“Kalau dikendalikan oleh nakhoda yang biasa-biasa saja, yang tidak punya pengalaman dalam pendidikan, tidak mengerti filosofi pendidikan, tidak mengerti empirik posisi yuridis pendidikan, dan tidak mengerti apa tujuan pendidikan, yakni membangun manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia, terampil dan adaptif dengan tuntutan zaman maka tamatlah riwayat pendidikan kita,” tandasnya. (sta/rmol/pojoksatu)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: