DEMOKRASI.CO.ID - Di tengah suasana bencana non alam pandemik virus corona baru (Covid-19) yang dihadapi masyarakat, tiba-tiba muncul sebuah polemik baru yang cukup mengagetkan, yaitu Presiden Joko Widodo marah-marah ke jajaran menterinya.
Meski kemarahan Jokowi didasarkan pada ketidakseriusan menangani pandemik Covid-19, namun yang menjadi titik perdebatan justru proses dari terungkapnya kejadian ini.
Sebagaimana diberitakan Kantor Berita Politik RMOL sebelumnya, pidato marah-marah Jokowi sebenarnya terjadi dalam rapat kabinet tanggal 18 Juni 2020. Namun video acara ini baru diunggah 10 hari kemudian, tepatnya tanggal 28 Juni 2020.
Hal inilah yang kemudian ramai diperbincangkan publik dari banyak kalangan, bahkan beberapa orang menganggap pidato marah-marah Jokowi sebagai sebuah settingan.
Pandangan yang hampir serupa juga disampaikan Pengamat Politik dari Universitas Syarif Hidayatullah UIN Jakarta Pangi Syarwi Chaniago.
"Boleh jadi dagelan politik, mencari 'kambing hitam' demi menutupi kelemahannya sebagai presiden dalam menjalankan roda pemerintahan," ujar Pangi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (2/7)
Pasalnya, Pangi mengaku tidak paham dengan sikap Jokowi tersebut. Sebab secara tidak langsung, Presiden tengah menunjukkan kebobrokan dirinya sendiri sebagai Kepala Pemerintahan yang menaungi para menterinya.
"Bukankah presiden dan menteri itu satu kesatuan orkestra, yang memainkan lagu dan musik secara bersama (kolektif kolegial)?" tanya Pangi.
Oleh karena itu, Pangi berkesimpulan bahwa apa yang dipertontonkan Jokowi di ruang publik kali ini ibarat peribahasa 'menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri'.
"Ini adalah dagelan politik yang sedikit agak memalukan. Pada saat yang sama sebetulnya presiden membuat pengakuan atas kegagalannya dalam memerintah atau memimpin lewat kinerja menterinya yang inkompeten," ucapnya.
"Di sisi lain kemarahan pejabat di ruang publik seringkali dijadikan sebagai alat politik, yang ini adalah kesempatan bagi Jokowi untuk terus memposisikan dirinya terlihat 'cuci tangan bersih'," pungkas Pangi Syarwi Chaniago. [rmol]