DEMOKRASI.CO.ID - Klaim pemerintah yang menyebut krisis ekonomi terjadi karena pandemik virus corona baru (Covid-19) dinilai sebagai bentuk penyesatan terhadap masyarakat.
Hal itulah yang diungkapkan begawan ekonomi, Dr. Rizal Ramli dalam sebuah video yang diposting akun Youtube Bravos Radio Indonesia.
"Pemerintah hari ini menyalahkan data-data negatif (ekonomi) itu hanya karena corona itu tidak benar, itu penyesatan," tegas sosok yang kerab disapa RR ini yang dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (18/7).
Pasalnya, satu setengah tahun sebelum corona, RR melihat indikator-indikator ekonomi Indonesia sudah negatif, karena terjadi missmanajemen atau salah kelola yang sama sekali tidak prudent dan mengikuti asas good governance.
"Semua indikator-indikator makro negatif tapi rupiah kelihatan stabil karena dua hal, satu Amerika lagi nyetak uang besar sekali, stimulus terakhir di Amerika 2 triliun dolar AS, akibatnya mata uang dolar terhadap mata uang lain di dunia anjlok, mata uang lain menjadi sedikit lebih kuat," paparnya.
Selian itu, data stabilitas ekonomi yang dipaparkan pemerintah sebenarnya hanya ditopang dengan doping pinjaman luar negeri, yang makin lama pinjamannya makin besar dan bunganya atau yield-nya itu semakin tinggi.
"Jadi istilah bahasa sederhananya sebetulnya ekonomi kita kalau bagaikan petinju itu udah kelimpungan, karena udah terlalu banyak utang," kata mantan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Ekuin) ini.
Bahkan, lanjut RR, nilai utang yang ada di tahun 98 lebih wajar, karena pihak swasta yang memiliki utang paling banyak. Sekarang ini justru pihak pemerintahan yang memiliki hutang yang cukup banyak ketimbang swasta.
"Hari ini pemerintah dan BUMN sebetulnya sebagai petinju sebenarnya udah kelimpungan, tetapi didoping dengan pinjaman. Minggu yang lalu menjadi 10 miliar dolar lebih, ada valuta masuk jadi seolah-oleh rupiah menguat dan sebagainya," beber RR.
Selain itu, berbagai kasus gagal bayar perusahaan asuransi dan perusahaan sekuritas, yang totalnya ada 46 perusahaan gagal bayar, menjadi salah satu sebab ekonomi Indonesia anjlok bukan kepalang.
"Rata-rata total gagal bayar ini nilainya antara 400 sampai 500 triliun rupiah. Jadi situasinya, ekonomi Indonesianbagaikan petinju udah goyang, terlalu banyak utang, dicoba distabilkan dengan pinjaman dari luar negeri tapi ada Jap," tutur RR.
"Japnya itu gagal bayar Rp 400-500 triliun. Tidak aneh ini akhirnya terjaod krisis yang seperti hari ini," pungkasnya menambahkan.(rmol)