DEMOKRASI.CO.ID - Pakar epidemiologi buka suara soal pernyataan Anji yang dinilai meremehkan COVID-19 di Instagram. Pernyataan tersebut dinilai bisa mempengaruhi persepsi masyarakat soal bahaya Corona.
"Iya, makanya jadi kan gini, ada orang-orang yang justru dia menurunkan persepsi risiko itu tadi. Nah itu dipicu oleh artis-artis itu tadi," terang pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr dr Windhu Purnomo kepada detikcom, Selasa (21/7/2020).
Menurut Windhu, turunnya persepsi risiko terhadap virus Corona bisa membuat masyarakat semakin meremehkan protokol kesehatan. Untuk itu, ia menyarankan pemerintah untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat, dengan membangun komunikasi publik untuk mencegahnya.
Jadi pendekatan harus betul-betul dilakukan pemerintah. Karena pemerintah yang pegang kendali dan punya aparat. Jadi itu harus bersaing. Jangan sampai kalah komunikasi pemerintah dengan komunikasi yang dilakukan selebritis-selebritis ngawur itu," tegasnya.
Sedangkan bagi artis yang dianggap meremehkan pandemi Corona, Windhu juga mengimbau pemerintah untuk mendekati dan menyadarkannya. Tujuannya untuk menjelaskan terkait kondisi saat ini.
Anji Foto: Anji (Dyah P Saraswati/detikcom)
"Mungkin artis-artis yang ngawur tadi ya gak usah ditangkap atau dipidana lah tapi tetap didatangi, didekati untuk diberi penyadaran informasi ini loh kondisi sesungguhnya," tuturnya
"Kamu jangan ngomong gitu karena itu akan mempengaruhi persepsi masyarakat yang akan membuat mereka tidak disiplin," tambah Windhu.
Anji menuai kontroversi usai mengomentari foto jenazah COVID-19 karya fotografer Joshua Irwandi untuk National Geographic. Anji dinilai meremehkan virus Corona, yang belakangan jumlah kasusnya terus melonjak.
"Saya percaya cvd (COVID-19) itu ada. Tapi saya tidak percaya bahwa cvd semengerikan itu," tulis Anji dalam akun Instagramnya.(rmol)