DEMOKRASI.CO.ID - Jumlah kasus infeksi virus corona baru (Covid-19) pada Kamis (9/7) kemarin mencapai rekor tertinggi, yakni tembus ke angka 2.657 kasus per hari.
Kinerja penanganan pandemik yang dilakukan pemerintah ini ikut disoroti Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno.
Dari kacamata politik, dia menilai kebijakan dan kerja-kerja jajaran kabinet dalam menangani corona sudah keliru, sejak pandemik asal Wuhan, China ini menjangkiti dunia.
"Sejak awal rencana atau simulasi penanggulangan corona itu belum terlalu siap gitu loh bos. Sehingga agak sedikit kalang kabut menanganinya," ucap Adi Prayitno saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (10/7).
Dosen ilmu politik Universitas Syarif Hidayatullah UIN Jakarta ini lantas membuka kembali sikap-sikap yang dipertontonkan pemerintah di Januari silam. Di mana saat itu corona belum mewabah di dalam negeri dan pemerintah memperlihatkan ketidakseriusannya.
"Awal-awal ada info corona di dunia kita malah meledek dan menertawakan. “Corona enggak mungkin masuk Indonesia, izin jelimet dan sulit, corona itu jenis mobil bukan?” Dulu kan waktu awal-awal corona begitu," ungkapnya.
Dari sikap politik itulah kemudian Adi Prayitno memandang pemerintah tidak mempunyai skenario dalam hal menanggulangi Covid-19.
Apalagi melihat saat ini sudah hampir 4 bulan Indonesia diterpa pandemik dengan kinerja para menteri Presiden Joko Widodo yang buruk. Alhasil, pusat penyebaran corona semakin meluas, alias tidak hanya di Jakarta.
Kan strateginya sekarang adalah bagaimana dengan new normal orang kembali optimis menghadapi corona. Corona bisa ditekan dan ekonomi bisa bangkit. Tapi nyatanya enggak bisa. Justru pandemi ini pindah ke mana-mana, yang epicentrum jadi Surabaya, Jakarta juga masih tetap, Bandung," ungkap Adi Prayitno.
"Jadi marahnya presiden yang tanggal 7 ini adalah kemarahan jilid kedua, yang substansinya sama. Menterinya enggak bisa kerja, menterinya mati gaya. Padahal dulu menterinya cukup diandalkan, cukup dibanggakan karena ahli di bidangnya, penuh sanjung puji gitulah," pungkasnya. (Rmol)