DEMOKRASI.CO.ID - Vaksin potensial yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca Plc menunjukkan hasil yang menjanjikan setelah dilakukan uji klinis yang melibatkan 1.077 orang.
Dari uji klinis ini, 90 persen dari responden menghasilkan antibodi terhadap virus COVID-19 setelah menerima satu dosis vaksin yang diberi nama ChAdOx1 nCoV-19. Karena hasil awal yang menjanjikan ini, Pemerintah Inggris telah memesan 100 juta dosis.
Hasil uji coba Fase I/II yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah The Lancet, menunjukkan tidak ada masalah pada keamanan tahap awal dan menginduksi respons kekebalan yang kuat di kedua bagian sistem kekebalan.
Baca juga: Kontak dengan Orang Positif COVID-19, Lakukan 4 Langkah Ini
Vaksin ini memicu respons sel T dalam waktu 14 hari setelah vaksinasi (sel darah putih yang dapat menyerang sel yang terinfeksi virus SARS-CoV-2). Dan respons antibodi dalam 28 hari (antibodi mampu menetralkan virus sehingga tidak dapat menginfeksi sel ketika awalnya berkontraksi).
Selama penelitian, peserta yang menerima vaksin memiliki antibodi penetral yang terdeteksi, yang telah disarankan oleh para peneliti sebagai perlindungan. Dan tanggapan ini paling kuat setelah diberikan dosis penguat, dengan 100 persen darah peserta memiliki aktivitas netralisasi terhadap virus corona.
Langkah selanjutnya dalam mempelajari vaksin tersebut adalah, memastikan bahwa vaksin itu dapat melindungi secara efektif terhadap infeksi Sars-CoV-2.
"Kami melihat respons kekebalan terkuat pada 10 peserta yang menerima dua dosis vaksin. Menunjukkan bahwa ini mungkin strategi yang baik untuk vaksinasi," kata Profesor Pollard, dikutip University of Oxford, Selasa 21 Juli 2020.
Percobaan Inggris Tahap I/II dimulai pada bulan April untuk menguji vaksin Oxford coronavirus ChAdOx1 nCoV-19. Selama uji coba Fase I/II vaksin telah dievaluasi pada lebih dari 1.000 sukarelawan dewasa sehat, berusia antara 18 dan 55 tahun, dalam uji coba terkontrol secara acak.
Sebagian dari sukarelawan ini (10 orang) menerima dua dosis vaksin. Antara 23 April dan 21 Mei 2020, sebanyak 1077 relawan, menerima vaksin ChAdOx1 nCoV-19 atau vaksin MenACWY plasebo. Hasilnya menunjukkan, tidak ada masalah kesehatan serius yang terkait dengan ChAdOx1 nCoV-19.
Universitas Oxford bekerja sama dengan perusahaan biofarmasi global yang berbasis di Inggris, AstraZeneca, untuk pengembangan lebih lanjut, pembuatan berskala besar, dan distribusi potensial vaksin COVID-19, dengan rencana klinis dan produksi vaksin Oxford, yang mengalami kemajuan secara global. Proyek ini didukung dengan dana pemerintah sebesar 84 juta poundsterling atau sekitar Rp1,5 triliun, untuk mempercepat pengembangan vaksin.
"Hasil ini sangatlah menjanjikan. Ini akan membawa kita satu langkah lebih dekat dalam menemukan vaksin yang dapat menyelamatkan jutaan nyawa di Inggris dan seluruh dunia. Didukung oleh dana sebesar GBP84 juta dari Pemerintah Inggris untuk pengembangan dan produksi vaksin ini, kecepatan dari kerja Universitas Oxford sangatlah mengagumkan. Saya sangat bangga akan apa yang mereka telah capai sampai saat ini," kata Menteri Bisnis, Alok Sharma.
Sedangkan Ketua Gugus Tugas Vaksin Inggris Kate Bingham mengatakan, Inggris beruntung memiliki peneliti-peneliti luar biasa yang bekerja sama dengan tim berpengalaman dari AstraZeneca.
"Melalui kerja sama ini, mereka telah bekerja dengan sangat cepat untuk menunjukkan hasil uji klinis dari vaksin chadox ini yang terbukti aman dan efektif dalam melindungi publik dari infeksi COVID-19," tuturnya.[viva]