DEMOKRASI.CO.ID - China dibuat malu setelah Duta Besar-nya untuk Inggris dibuat terpojok dalam wawancara televisi dan dipaksa untuk mengomentari video dugaan penyiksaan terhadap kelompok minoritas Muslim Uighur.
Duta Besar Liu Xiaoming diwawancarai oleh BBC pada hari Minggu waktu Inggris. Wartawan kawakan Andrew Marr "memanggang" sang dubes tentang tindakan China terhadap kelompok entik Uighur di Xinjiang.
China selama ini dilaporkan telah menargetkan kelompok Muslim Uighur dan kelompok minoritas lain secara sistematis, termasuk memenjarakan mereka secara massal di kamp-kamp pendidikan ulang yang oleh Beijing digambarkan sebagai "pusat pelatihan kejuruan". Para aktivis menyebut kamp-kamp itu menjadi tempat penyiksaan dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
Marr mengkonfrontasi Liu dengan rekaman drone yang diambil dari atas Xinjiang. Rekaman video itu menunjukkan para tahanan yang ditutup matanya dan diborgol ditahan di stasiun kereta.
Video tersebut telah diverifikasi oleh Nathan Ruser, pakar dari Australian Strategic Policy Institute. Ketika video itu muncul tahun lalu, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne menyebutnya "sangat mengganggu".
Marr juga menggambarkan rekaman itu sebagai video yang "sangat mengganggu". Selain ditutup matanya, para tahanan juga dicukur kepalanya.
Berikut rentetan wawancara ketika diplomat China yang terpojok oleh rekaman video itu masih berkelit.
Marr: "Bisakah Anda memberi tahu kami apa yang terjadi di sini?".
Liu: “Saya tidak bisa melihat pemandangan ini. Ini bukan pertama kalinya Anda menunjukkan kepada saya. Saya masih ingat tahun lalu, Anda telah menunjukkan kepada saya apa yang terjadi di Xinjiang. Biarkan saya memberi tahu Anda ini. Xinjiang, apakah Anda pernah ke Xinjiang sendiri?"
Marr: "Tidak, saya tidak pernah."
Liu: "Anda tahu, Xinjiang dianggap sebagai tempat paling indah di (China). Ada pepatah China, ‘Anda tidak tahu seberapa besar China'."
Marr: "Duta Besar, itu bukan liputan yang indah, bukan?" (sembari menampilkan rekaman video penyiksaan)
Liu: "Anda tahu, Xinjiang—ini yang akan saya sampaikan kepada Anda. Sejak 1990, Xinjiang telah sepenuhnya berubah, karena ribuan serangan teroris."
Marr: “Itu 10 tahun yang lalu. Dapatkah saya bertanya kepada Anda mengapa orang berlutut, ditutup matanya dan dicukur, dan dituntun ke kereta, di China modern. Mengapa? Apa yang terjadi disana?"
Liu: "Saya tidak tahu dari mana Anda mendapatkan rekaman video ini. Anda tahu, kadang-kadang Anda memiliki transfer tahanan. Anda tahu, di negara mana pun."
Marr: "Tapi hanya (video ini)—apa yang terjadi di sini, Duta Besar?."
Liu: "Saya tidak tahu dari mana Anda mendapatkan video klip ini."
Marr: “Ini telah terjadi di seluruh dunia. Mereka telah diautentikasi oleh agen intelijen Barat, dan oleh para ahli Australia, yang mengatakan ini adalah orang-orang Uighur yang didorong ke kereta api dan dibawa pergi."
Liu: "Biarkan saya memberi tahu Anda ini. Yang disebut intelijen Barat terus melakukan tuduhan palsu terhadap China. Mereka mengatakan satu juta atau lebih warga Uighur telah dianiaya. Anda tahu seberapa besar, berapa populasi Xinjiang? Hanya sekitar—40 tahun yang lalu, empat atau lima juta (orang). Sekarang 11 juta orang. Dan orang-orang mengatakan kami memaksakan, kami memiliki pembersihan etnik, tetapi populasinya telah berlipat ganda dalam 40 tahun."
Marr: "Saya minta maaf mengganggu, tetapi menurut statistik pemerintah setempat Anda sendiri, pertumbuhan populasi di wilayah hukum Uighur di daerah itu telah turun 84 persen antara 2015 dan 2018. Delapan puluh empat persen."
Liu: "Itu tidak benar. Anda bertanya kepada saya, saya memberi Anda sosok ini sebagai Duta Besar China. Dalam 40 tahun terakhir, populasi Uighur—populasi di Xinjiang meningkat dua kali lipat. Populasi bertambah dua kali lipat. Jadi tidak ada batasan populasi. Tidak ada yang disebut aborsi paksa, dan sebagainya."
Marr: "Ada program sterilisasi paksa yang dikenakan pada wanita Uighur saat ini, dan itu sudah lama, dan orang-orang akhirnya keluar dari China dan membicarakannya."
Marr kemudian memutar kutipan dari wawancara program BBC Newsnight yang dilakukan dengan Zumrat Dawut, seorang wanita Uighur yang mengatakan dia melarikan diri dari China setelah menjalani prosedur sterilisasi paksa.
Dawut telah memantik kemarahan pemerintah dengan memiliki tiga anak, yang berarti melanggar kebijakan dua anak China.
Pertama, pihak berwenang menahannya selama dua bulan di salah satu fasilitas penahanan. Kemudian, setelah dia dibebaskan, mereka memaksanya untuk menjalani prosedur.
"Saya tidak punya pilihan. Saya merasa seolah dibawa ke rumah jagal,” katanya kepada BBC Newsnight.
Dia diberi anestesi umum. Ketika dia bangun, dia mendapati dirinya di sebuah bangsal bersama wanita lain.
“Saya melihat sekeliling. Ada wanita yang menangis kesakitan. Sekitar setengah jam kemudian saya mulai merasakan sakit yang tajam di perut saya. Saya mulai menangis seperti yang lain. Rasa sakitnya sangat menyiksa," kata Dawut.
Setelah operasi, dia berhasil melarikan diri ke Amerika Serikat dengan keluarga dekatnya.
Kembali ke wawancara. Liu mengatakan dia tidak bisa mengesampingkan "satu kasus" sterilisasi paksa, tetapi menegaskan praktik itu bukan kebijakan pemerintah China.
Liu: "Pertama-tama, tidak ada yang disebut sterilisasi paksa besar-besaran yang meresap di antara orang-orang Uighur di China. Ini sepenuhnya bertentangan dengan kebenaran. Kedua, kebijakan pemerintah—pemerintah sangat menentang praktik semacam ini. Tapi saya tidak bisa mengesampingkan, Anda tahu, satu kasus. Untuk negara mana pun, ada satu kasus."
Marr: "Jadi Anda tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa itu terjadi sama sekali."
Liu: “Kebijakan umum adalah itu bukan kebijakan pemerintah. Secara umum, kami memperlakukan setiap kelompok etnik di China dengan setara.”
Marr: "Ketika kami melihat wawancara seperti itu, dan kami melihat orang-orang ditutup matanya dan dibawa ke kereta untuk dibawa ke kamp pendidikan ulang, itu mengingatkan orang-orang di Barat tentang apa yang terjadi di Jerman pada 1930-an dan 1940-an."
Liu: "Itu benar-benar salah. Tidak ada kamp konsentrasi di Xinjiang. Sehubungan dengan rekaman video itu, saya akan menghubungi Anda. Anda tahu, ada banyak yang palsu—kita berada di era informasi. Ada segala macam tuduhan palsu terhadap China."
Marr: “Saya mendengar itu, tetapi izinkan saya mengingatkan Anda tentang apa yang dikatakan Konvensi PBB tentang Pencegahan dan Hukuman Genosida. Dikatakan bahwa genosida membunuh orang, tentu saja; menyebabkan kerusakan tubuh atau mental yang serius; dengan sengaja menimbulkan kondisi kehidupan yang diperhitungkan untuk menyebabkan kehancuran fisik kelompok; menerapkan tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kelahiran; dan secara paksa memindahkan anak-anak ke kelompok lain. Semua hal itu, diduga, telah terjadi di China. Dan China akan menghadapi tuduhan di PBB tentang hal ini."
Liu: "Tidak benar. Ini tidak benar. Fakta menunjukkan sebaliknya. Orang-orang di Xinjiang menikmati kehidupan yang bahagia. Anda tahu, mereka menikmati—orang-orang menyerukan agar dikembalikan ke Xinjiang. China, tentu saja, menentang penyiksaan dan penganiayaan serta diskriminasi terhadap kelompok etnik apa pun. Ini tidak terjadi di China. Kebijakan pemerintah China, seperti yang saya katakan, setiap kelompok etnik di China diperlakukan sama. Itu adalah kisah sukses kebijakan nasional China."
Semalam, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan kepada BBC bahwa pemerintah Inggris siap untuk bekerja dengan sekutunya untuk mengambil tindakan terhadap China, tetapi penting untuk "membangun basis bukti" terlebih dahulu, yang dapat "memakan waktu lama".
"Jelas bahwa pelanggaran HAM berat dan mengerikan sedang terjadi," kata Raab.
“Ini sangat, sangat meresahkan, dan laporan tentang aspek manusia ini, dari sterilisasi paksa hingga kamp pendidikan, mengingatkan kita pada sesuatu yang sudah lama tidak kita lihat."
"Kami ingin hubungan positif dengan China, tetapi kami tidak bisa melihat perilaku seperti itu dan tidak (bisa) menyebutnya," ujar Raab.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Cina menyebut tuduhan sterilisasi paksa sebagai "omong kosong".
"Masalah Xinjiang bukan tentang hak asasi manusia, agama atau kelompok etnik sama sekali, tetapi tentang memerangi kekerasan, terorisme dan separatisme," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin.
China juga terlibat dalam pertikaian diplomatik dengan Amerika Serikat, yang menjatuhkan sanksi pada pejabat senior China awal bulan ini, di mana Washington menuduh mereka melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
"Sudah terlalu lama, para pejabat China tidak dimintai pertanggungjawaban karena melakukan kekejaman yang mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Senator AS dari Partai Republik Marco Rubio.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan AS telah dipaksa untuk bertindak oleh "pelanggaran mengerikan dan sistematis".
Sebagai tanggapannya, Cina mengumumkan sanksi balasan yang menargetkan para politisi Amerika.
"Kami mendesak AS untuk segera menarik keputusannya yang salah, dan menghentikan kata-kata dan tindakan apa pun yang mengganggu urusan dalam negeri China dan membahayakan kepentingan China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying.
"China akan membuat tanggapan lebih lanjut tergantung pada perkembangan situasi." []