DEMOKRASI.CO.ID - Keperkasaan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) di perairan Laut China Selatan sepertinya hanya sebuah cerita belaka, buktinya China sama sekali tak berkutik menyaksikan segerombolan kapal perang dan dua kapal induk Amerika Serikat (AS) bermanuver di atas perairan yang diklaim 90 persen masuk dalam peta Tiongkok itu.
Hari ini, kekuatan Angkatan Bersenjata AS kembali menunjukkan taringnya di Laut China Selatan. Dua kapal induk AS, USS Nimitz Carrier Strike Group (CSG) dan USS Ronald Reagen CSG, beserta sejumlah kapal perusak rudal AS lainnya tetap melanjutkan latihan high end duel carrier di perairan Laut China Selatan.
Tidak tanggung-tanggung, AS mempertontonkan kekuatan tempur angkatan lautnya di depan mata pasukan militer Xi Jinping. Mereka menerjunkan Nimitz Carrier Strike Group yang terdiri dari kapal induk USS Nimitz (CVN 68), Carrier Air Wing (CVW) 17, kapal penjelajah rudal berpemandu USS Princeton (CG 59), kapal perusak rudal USS Sterett (DDG 104) dan USS Ralph Johnson (DDG 114) sekaligus hari ini di wilayah sengketa Laut China Selatan. Kekuatan tempur AS itu dikerahkan dengan dalih melakukan operasi keamanan maritim dan upaya kerja sama keamanan teater Laut China Selatan.
“Grup Pemogokan Nimitz dan Reagan Carrier beroperasi di Laut Cina Selatan, di mana pun hukum internasional mengizinkan, untuk memperkuat komitmen kami pada Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, sebuah peraturan berdasarkan aturan internasional, dan kepada sekutu dan mitra kami di kawasan ini,” kata Komandan Nimitz Carrier Strike Group, Laksamana Muda Jim Kirk dikutip dari cpf navy, Jum'at, 17 Juli 2020.
"Keamanan dan stabilitas sangat penting untuk perdamaian dan kemakmuran bagi semua bangsa, dan untuk alasan itulah Angkatan Laut AS telah hadir dan siap di Pasifik selama lebih dari 75 tahun," tambahnya.
Lebih jauh Laksamanan Kirk menjelaskan, USS Nimitz dan Ronald Reagan CSGs telah mengangkut lebih dari 12.000 pelaut dan marinir dalam kegiatan latihan pertahanan udara taktis untuk menjaga kesiapan dan kemahiran berperang. Kekuatan pemogokan dua kapal induk itu melatih kesiapan tertinggi untuk memastikan daya tanggap terhadap segala kemungkinan situasi melalui proyeksi daya.
Kendati demikian, Kirk tetap tidak menjelaskan secara spesifik bahwa pengerahan kekuatan tempur AS itu di Laut China Selatan itu secara khusus dilakukan untuk menghadapi kekuatan militer PLA yang belakangan ini telah membuat gerah sejumlah negara di sekitar Indo-Pasifik.
"Kehadiran dua operator di Laut Cina Selatan tidak menanggapi setiap peristiwa politik atau dunia tertentu, tetapi merupakan bagian dari integrasi reguler untuk melatih dan mengembangkan interoperabilitas taktis. Selama lebih dari 75 tahun, Angkatan Laut AS telah mengoperasikan beberapa operasi kekuatan serang kapal induk di kawasan ini," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu ketegangan di sekitar Luat China Selatan meningkat ketika tentara PLA melakukan latihan militer selama lima hari berturut-turut di Kepulauan Paracels yang diklaim oleh Vietnam sebagai wilayah negara Vietnam.
Protes keras disampaikan oleh Vietnam di forum ASEAN. Vietnam menuding China telah memprovokasi negara-negara yang berada di wilayah Indo-Pasifik karena telah melancarkan latihan militer di Pulau Paracel. Tidak hanya Vietnam, Filipina pun ikut mengecam kegiatan militer China itu di Laut China Selatan. Menurut Filipina, kegiatan militer China itu sebagai salah satu upaya China untuk menggencarkan klaim terhadap wilayah perairan China kepada negara-negara tetangga yang berbatasan dengan Laut China Selatan.
Latihan militer China itu kemudian direspon oleh Amerika Serikat (AS). Selang satu hari setelah latihan militer China digelar, dua kapal induk AS secara tiba-tiba meringsek masuk ke perairan Laut China Selatan dengan dalih melakukan latihan militer serta melakukan operasi menjaga keamanan di kawasan jalur perairan internasional.
Militer China benar-benar tidak berkutik dibuat AS. Kehadiran armada tempur AS di Laut China Selatan telah membangkitkan perlawanan negara-negara di Indo-Pasifik untuk menghadapi China. Bisa dikatakan China hari ini dikeroyok oleh negara-negara sekutu AS yang berada di wilayah Laut China Selatan. Vietnam, Brunai Darussalam, Australia, Filipina, dan Malaysia semua kompak mengutuk keras upaya klaimisasi yang dilakukan oleh Beijing terhadap wilayah Laut China Selatan. []