DEMOKRASI.CO.ID - Hubungan Donald Trump dengan Menteri Pertahanannya, Mark Esper, menjadi tidak baik semenjak berselisih saat menghadapi aksi protes warga Amerika Serikat pekan lalu. Perselisihan terjadi karena Esper menolah wacana pengerahan tentara reguler.
Donald Trump dikabarkan sangat marah. Penolakan Esper pada perintahnya membuat Presiden Donald Trump tersinggung dan bermaksud memecatnya.
Trump sebelumnya mengaku bahwa dirinya bermaksud mengerahkan pasukan untuk menghentikan demonstrasi di ibukota Amerika, dan beberapa kota lainnya.
Ia mengancam jika kota atau negara bagian Amerika tidak mampu mengatasi unjuk rasa, maka ia akan segera mengerahkan pasukan, dan menerapkan undang-undang darurat militer.
Salah seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada surat kabar New York Times bahwa Trump marah tas ketidakpatuhan Esper, dan ia akan memprotes keras Menhan Amerika itu.
Saat berbicara dari podium ruang pengarahan Kementerian Pertahanan AS (Pentagon), Esper menekankan bahwa negara sedang tidak dalam situasi genting.
"Pilihan untuk menggunakan pasukan aktif dalam peran penegakan hukum hanya boleh digunakan sebagai pilihan terakhir, dan hanya dalam situasi yang paling mendesak dan mengerikan. Kita tidak berada dalam salah satu situasi itu sekarang. Saya tidak mendukung penerapan Undang-Undang Pemberontakan," kata Esper kepada wartawan, seperti dikutip dari Fars News, Rabu (10/6).
Esper merujuk pada UU tahun 1807 yang memungkinkan presiden mengerahkan militer AS untuk meredam kekacauan sipil.
Namun, Esper juga mendapat kecaman dari beberapa pihak yang mengatakan sikapnya pada perintah Trump dinilai terlalu buruk, Esper telah menjatuhkan wibawa Trump.
Beberapa pejabat mengatakan Esper bahkan sudah menyiapkan surat pengunduran diri, tetapi ia diyakinkan oleh para stafnya untuk mengurungkan niat tersebut. (Rmol)