DEMOKRASI.CO.ID - Saat mengeluarkan keputusan pembukaan sekolah untuk tahun ajaran baru 2020/2021 di tengah pandemik Covid-19, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim tidak membahas lebih jauh mengenai bagaimana proses belajar mengajar jarak jauh itu menjadi lebih efektif.
Padahal jelas disebutkan dalam uraiannya bahwa sekolah kembali membuka belajar tatap muka khusus untuk daerah zona hijau. Untuk Zona merah tetap dilakukan dengan sistem belajar jarak jauh.
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengatakan kecewa dengan hasil putusan Nadiem. Menurutnya, setelah berbulan-bulan menunggu, banyak dari para pemerhati dan praktisi pendidikan yang berharap Nadiem mengeluarkan putusan yang lebih mencerahkan untuk pola belajar siswa di tengah pandemik, bukan sekedar daur ulang dari keputusan sebelumnya.
"Beliau ini orang daring, kita semua menganggapnya beliau adalah pakar daring. Nah, di saat pandemik kita semua melakukan sistem belajar jarak jauh, bagaimana dari sisi gurunya, aksesnya, juga dari pihak orangtuanya, kendala-kendalanya, apa yang harus dibenahi dalam sistem belajar jarak jauh lewat daring. Ini nggak dibahas sama sekali," ujar Indra dalam bicang-bincang bersama Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (16/6).
Indra menyoroti waktu yang tiga bulan digunakan siswa belajar dari rumah di tengah akses yang belum benar-benar terbuka, khususnya di daerah yang sulit jangkauan internetnya.
“Dalam bayangan saya, saat Nadiem menyampaikan keputusannya, akan ada Kominfo, akan ada Kementerian BUMN dengan Telkomnya, akan ada Kementerian Desa mungkin dengan memanfaatkan dana desa. Apalagi saat ini semua kantor desa sekarang sudah terhubung dengan tol langit katanya, kan. Nah, bisa nggak itu dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan tapi tadi nggak diangkat sama sekali,” ujarnya.
Menurut Indra, Nadiem seperti tidak memiliki solusi pendidikan di tengah pandemik. Dari sisi proses pengajarannya juga tidak disentuh. Nadiem hanya sebatas memberikan peringatan soal teknis belajar saja seperti menjaga jarak 1,5 m untuk dan untuk anak PAUD 3 m, diatur duduknya, dan lain lain, tetapi tidak membahas bagaimana proses belajar mengajar bisa tersampaikan untuk yang berada di zona merah.
Sebagai menteri pendidikan mestinya Nadiem fokus pada hal-hal yang justru krusial. Nadiem juga kurang melakukan komunikasi dengan para guru dan siswa. Mestinya pendekatan juga harus dilakukan Nadiem, contoh kecil saja, menyapa guru dan siswa-siswa di tengah pandemik, turun ke sekolah-sekolah sekaligus mengontrol kondisi sekolah di tengah pandemik.
"Tidak ada komunikasi yang baik. Tidak ada pencerahan, solusi, dan duduk bersama. Bahasa kasarnya diserahkan saja kepada orangtua apakah anaknya bersekolah atau tidak, gitu! Jadi, mungkin benar juga kata teman-teman organisasi profesi guru yang mengatakan, 'kayaknya Merdeka Belajar sama dengan Indonesia Terserah, nih!'”(rmol)