DEMOKRASI.CO.ID - Rezim Teheran sesumbar bahwa Amerika Serikat (AS) akan segera berlutut di depan bangsa Iran. Klaim ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi.
Klaim dia tulis di Twitter pada Jumat sebagai peringatan yang ditujukan kepada Amerika. "Anda (Amerika Serikat) akan segera berlutut di depan Bangsa Iran," tulis diplomat Teheran tersebut. Tweet-nya itu sebagai respons terhadap komentar para pejabat Washington.
Mousavi dalam tweet berbahasa Inggris merespons pernyataan Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo dan Perwakilan Khusus Amerika untuk Iran; Brian Hook, yang telah menyuarakan kepuasan tentang dampak parah dari sanksi Amerika terhadap negara para mullah tersebut.
"Sebuah pemerintah yang kebijakannya bergantung pada 'lutut di atas leher' dari rakyatnya sendiri atau orang lain di seluruh dunia seharusnya benar-benar bahagia dengan #EconomicTerrorism dan tekanan pada publik. Tetapi Anda melihat bahwa itu bukan leher orang Iran, tetapi lutut Anda diremas," tulis Mousavi, seperti dikutip Radio Farda, Sabtu (13/6/2020).
Sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump sejak 2018 telah merampas pendapatan minyak Iran dan sangat berdampak pada ekonominya, yang menyebabkan devaluasi dan inflasi yang tinggi. Trump ingin Iran merundingkan kembali perjanjian nuklir yang dibuatnya dengan kekuatan dunia pada 2015, yang bertujuan membatasi kemampuannya untuk membangun senjata atom.
Para pejabat Iran telah sering merujuk pada protes di Amerika Serikat dalam dua minggu terakhir setelah pembunuhan pria kulit hitam George Floyd oleh seorang petugas polisi kulit putih di Minneapolis 25 Mei lalu. Teheran telah menggunakan kesempatan untuk menggambarkan pemerintah AS sebagai rezim tidak adil dan kejam.
Ketika Presiden Trump meminta Iran untuk bernegosiasi, Washington telah meningkatkan tekanan sanksi terhadap Teheran. Pemerintah Iran mengisyaratkan bahwa mereka mengandalkan pemilihan presiden AS November mendatang untuk berharap Trump kalah dan menerima bantuan pencabutan sanksi. []