DEMOKRASI.CO.ID - Sebuah saluran TV memicu kontroversi di Bolivia pada Kamis (18/6/2020) setelah menyiarkan langsung menit-menit terakhir kehidupan seorang pasien Covid-19. Dalam siaran itu, sang pasien tampak berjuang menghadapi sakaratul maut, sementara para dokter berusaha mati-matian untuk menyelamatkannya.
Pengelola program “No Lies” yang disiarkan stasiun TV PAT itu menyatakan, mereka mengambil keputusan untuk menunjukkan kematian seorang pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Kota Santa Cruz untuk menyentil pihak berwenang. Mereka menilai pemerintah telah mengabaikan layanan kesehatan.
Program tersebut mengudara setiap malam di kanal PAT yang berbasis di Santa Cruz. Per hari ini, kota paling besar di Bolivia itu menyumbang sekitar 60 persen dari total 21.000 kasus infeksi Covid-19 di negara Amerika Latin tersebut. Jumlah pasien corona yang meninggal di Santa Cruz juga mencapai setengah dari total 679 kematian akibat Covid-19 di Bolivia.
Dalam siaran langsungnya, program “No Lies” mempertontonkan proses kematian seorang pasien corona selama 30 menit ketika dokter mencoba menyadarkan si sakit.
Salah satu anggota Ombudsman Bolivia, Nadia Cruz, mengecam siaran langsung itu. Dia menilai stasiun TV hanya mengejar sensasi. “Siaran ini jelas bertentangan dengan tatanan hukum nasional. Ini dapat menimbulkan semacam ketakutan kolektif di masyarakat,” kata Cruz dikutip AFP, Jumat (19/6/2020).
Penayangan adegan kematian pasien Covid-19 itu juga banyak dikritik di jejaring media sosial, termasuk oleh jurnalis terkemuka Bolivia. “Betapa kurangnya rasa simpati (TV itu) terhadap keluarga, untuk orang yang meninggal. Kita kehilangan banyak hal oleh virus (corona) ini, termasuk empati,” kata jurnalis Maria Trigo dari surat kabar El Deber de Santa Cruz, dalam sebuah cuitan di Twitter.
Sementara, seorang jurnalis Harian Los Tiempos di Kota Cochabamba, Fabiola Chambi mengatakan, penyiaran langsung peristiwa kematian itu menunjukkan kurangnya rasa hormat dan kemanusiaan para pengelola program TV.
Hingga berita ini diunggah, Pemerintah Bolivia belum memberikan tanggapan atas kontroversi tersebut. []