logo
×

Minggu, 28 Juni 2020

Siap-siap! Indonesia Bakal Ikut Terseret Kalau AS-China Tegang Lagi Jelang 3 November

Siap-siap! Indonesia Bakal Ikut Terseret Kalau AS-China Tegang Lagi Jelang 3 November


DEMOKRASI.CO.ID - Pertarungan geopolitik antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat China diprediksi akan kembali memanas dan menyeret Indonesia yang sudah kadung diberi label sebagai pihak yang tidak netral.


Dalam waktu beberapa bulan ke depan, tepatnya 3 November 2020, AS akan kembali menggelar pemilihan presiden.


Pertarungan antara incumbent Presiden Donald Trump dan penantangnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah menyeruak ke seantero dunia. Termasuk, wacana mengenai berbagai strategi yang akan dimainkannya.


Hal ini diikuti oleh ekonom senior Indonesia, Dr Rizal Ramli, dan disampaikan dalam sebuah diskusi virtual yang digelar Political and Public Policy Studies (P3S) bersama PEWARNA Indonesia, dengan tema "Bedah President Election AS", Sabtu (27/6).


Sosok yang kerap disapa RR ini melihat kompetisi Pilpres AS tahun ini akan sangat keras, karena isu-isu atau wacana-wacana yang dimainkan lebih beragam.


Dicontohkan RR, baru-baru ini muncul isu melawan rasisme yang belum pernah terjadi dalam sejarah Negeri Paman Sam selama 60 tahun terakhir. Di mana, ada demonstrasi antirasisme besar-besaran yang menurut RR jauh lebih besar dari perang Vietnam.


"Dan tentu itu punya dampak yang luas," tekannya.


Bahkan yang mengejutkan, sejak sebelum corona menghantui banyak negara, para penasihat Trump sudah memberikan masukan kepada sosok presiden kontroversial ini tentang strategi pemenangan pemilu 2020. Yaitu dengan menghajar China.


Karena menurut RR, orang-orang AS, utamanya yang tinggal di pedalaman atau pedesaan, khususnya di bagian selatan negara ini, senang dengan sosok presiden yang bergaya koboi alias senang bertengkar.


Mantan Menteri Ekonomi, Keuangan dan Industri (Ekuin) era Presiden Abdurrahman Wahid ini memberikan contoh ketika George W Bush berniat duduk kembali sebagai presiden untuk kedua kalinya.


"Waktu Presiden Bush Junior ada masalah macem-macem, ya hajar aja salah satu negara untuk dibom, seperti Irak dan sebagainya. Akhirnya berbalik peta politiknya (unggul dalam pemilu dan menang lagi)," ungkapnya.


Lanjut RR, strategi atau cara yang digunakan Trump untuk kembali menang tidak kalah mengerikan. Yaitu dengan menumbangkan penguasaan China terhadap negara-negara di Asia.


Baru pertama kali dalam sejarah geopolitik Asia-Pasifik, di tahun 2020 ini Trump seolah bersiap perang melawan China dengan mengirimkan tiga kapal induknya ke Laut China Selatan.


Sikap politik AS inilah yang kemudian akan menyeret Indonesia dalam pertarungan politik global AS dalam kurun waktu dekat ini.


Karena menurut RR, sepanjang kepemimpinan Presiden Joko Widodo sangat kentara haluan politik negara condong kepada negeri Tirai Bambu. Meskipun dalam kurun waktu enam tahun ke belakang RI tidak dianggap sebagai hot spot, atau kawasan strategis untuk AS.


"Sehabis corona ini Trump akan lebih agresif ributin China. Dalam konteks itu Indonesia menjadi penting. Karena di Asia Tenggara yang betul-betul nasionalismenya kuat ke China itu hanyalah Vietnam," terang RR.


"Jika kondisi di Laut Cina Selatan ini makin menguat, makin mengeras, maka Indonesia akan dinilai mulai bagian dari hotspot penting buat pergerakan dan kompetisi geopolitik di kawasan Asia," sambungnya.


Bahkan RR mengaku, minggu lalu dirinya mendengarkan pernyataan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, di Laos yang seolah memberi peringatan kepada negara-negara di Asia Tenggara yang memiliki afiliasi dengan China.


"Pompeo mengumumkan berita yang bikin enggak enak. Dia bilang hati-hati, beberapa negara di Asia Tenggara sangat dipengaruhi oleh partai komunis. Disebutin namanya (negaranya), termasuk Indonesia. Wah," ungkap mantan Kepala Bulog ini.


Oleh karena itu RR berkesimpulan bahwa perkembangan geopolitik global saat ini akan menimbulkan masalah, dan turut mempengaruhi stabilitas yang ada di dalam negeri.


"Selama ini pemerintah Jokowi menganggap dia diterima, didukung oleh negara-negara besar di dunia. Mohon maaf, pemerintahan Jokowi hanya didukung oleh China. Diakui memang oleh negara lain, tapi kalau saudara lihat seminggu terakhir berita-berita politik ekonomi soal corona dari Australia sangat-sangat negatif terhadap Indonesia," katanya.


Reminder! Kritik Rizal Ramli Pernah Menganulir Pujian Palsu Bank Dunia Untuk Indonesia


"Ini nunjukin gejolak dan pertentangan geopolitik itu mau tidak mau akan menyeret Indonesia, dan bisa-bisa elite Indonesia akan sangat takut terhadap negara-negara besar. Itu bisa salah satu faktor yang mendorong perubahan," demikian Rizal Ramli. (*)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: