DEMOKRASI.CO.ID - Kekhawatiran beberapa aset nasional yang jatuh ke pihak asing mulai terlihat. Hal ini terkait dari akuisisi mayoritas saham Bank Bukopin oleh Kookmin Bank Korea Selatan.
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Anwar Abbas, mengaku sedih. Satu per satu aset masyarakat Indonesia jatuh ke tangan asing.
Bank Bukopin yang didirikan sejak era Soeharto ini, tutur Buya Anwar, sapaan akrabnya, memiliki semangat membela rakyat banyak, bagaimana ekonomi kerakyatan dapat bangkit dan menopang ekonomi nasional. Menurut dia, kelemahan Bukopin hingga mayoritas sahamnya dikuasai Kookmin karena keluar dari ide awal bank ini didirikan.
“Bank Bukopin ini kan untuk membela masyarakat lapis bawah, kemudian berubah orientasi dan bersaing dengan bank-bank besar, ya jelas kalahlah. Akhirnya kan mengalami masalah dan salah satu menyelamatkannya, yaitu dengan cara dijual,” ujar Buya Anwar kepada Indonesiainside.id, Jumat (20/6).
Bahkan, Buya Anwar menilai hampir tidak ada lagi bank milik rakyat Indonesia asli selain Bank Mega. “Kok ada bank milik pribumi yang semula dicita-citakan Pak Harto untuk membela rakyat, tapi berubah haluan, apalagi kalau good governance-nya tidak jalan,” ujar dia.
“Saya sedih juga ya, apalagi ekonomi tidak ada yang di tangan umat (Islam) atau tangan rakyat. Jangan-jangan habis ini Bank-bank BUMN juga dijual karena tidak kuat untuk bersaing,” imbuhnya.
Pasalnya, dia melihat gelagat beberapa perusahaan besar di Indonesia sudah mulai dijajakan ke asing atau aseng dan mulai dilirik untuk dikuasai sahamnya. Apalagi jika diakumulasi dengan utang luar negeri (ULN) BUMN sekitar Rp5.600 triliun.
“Nah, apabila BUMN tidak sanggup, maka siapa yang harus membayar? Kan negara, semestinya pemerintah kalau mau berutang, harus menghitung utang BUMN juga,” ujarnya. []