DEMOKRASI.CO.ID - Perdebatan mengenai konsensus dasar bernegara yang dilakukan oleh pendiri bangsa memang wajib untuk dipelajari dan dipahami oleh generasi muda saat ini.
Namun demikian, mereka tidak harus ditarik untuk kembali mengulangi perdebatan yang sudah mencapai kata sepakat itu. Begitu kata Presiden PKS Sohibul Iman dalam akun Twitter pribadinya, Sabtu (21/6).
“Lebih baik membekali diri untuk miliki kesadaran logis, kesadaran etis, dan kesadaran yuridis agar siap dialog, mawas diri, dan taat hukum,” tegasnya.
Menurut Sohibul Iman, ada sebuah fenomena yang terjadi di masyarakat, di mana mereka kini lebih spritual atau agamis.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di tatanan masyarakat global. Untuk itu, fenomena ini tidak boleh ditafsirkan secara politis di tanah air.
Apalagi dengan mengusulkan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang dikritik lantaran ada upaya mengubah sila pertama.
“Jangan sampai menyalahkan tafsir sila Ketuhanan Yang Maha Esa, lalu utak atik mengubahnya dengan tafsir Ketuhanan yang lain yang lebih sekuler. Ini bahaya,” tegasnya.
“Kita tidak ingin roda sejarah bangsa ini ber-putar-putar pada perdebatan itu-itu saja (reinvent the wheel). Kita harus terus ukir sejarah baru. Terus maju,” ujar Sohibul Iman.[psid]