DEMOKRASI.CO.ID - Wakil Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta, Syarif menilai Gubernur Anies Baswedan potensi maju di Pilpres 2024. Terlebih, Anies memiliki rekam jejak ingin menjadi calon presiden dengan mengikuti Konvensi Demoktar pada 2014 silam.
"Pak Anies berpeluang diusung untuk nyapres kan dulu 2014 pernah konvensi Capres di Demokrat, dia punya jejak digital pengen nyapres dan itu potensial," kata Syarif, Sabtu (20/6/2020).
Kata Syarif, Anies perlu menunjukan kapasitasnya sebagai pemimpin berprestasi untuk modal maju di Pilpres 2024. Sebab, capaian-capaian itu nanti akan menjadi tolak ukur masyarakat.
"Modal dia adalah capaian atau prestasi dia selama ini, selama dua tahun ini publik bisa menilai," ucapnya.
Masih kata Syarif, saat ini kinerja Anies memimpin Jakarta belum cukup menuju Pilpres 2019. Anies belum bisa dinilai berhasil memimpin Jakarta karena masih memiliki tanggung jawab hingga 2022 mendatang.
"Keberhasilan pak Anies di Jakarta menjadi modal, tetapi untuk mengatakan bahwa dia sudah cukup modalnya, tentu belum, nanti kita lihat 2022 dihasil akhirnya," tuturnya.
Meski begitu, Syarif menilai bahwa Anies selama memimpin Jakarta sudah berjalan lurus sesuai janji kampanyenya di Pilkada DKI 2017 silam. Bahkan, kata dia, publik mengapresiasi kinerjanya.
"Sepanjang tiga tahun berjalan ini pak Anies memang on the track dan publik punya apresiasi ke Anies selama tiga tahun ini," ungkapnya.
Pengamat Politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan, Anies Baswedan masih punya segudang kelemahan yang mesti diperbaiki dari sekarang untuk bisa mendulang dukungan di pentas Pilpres 2024 nanti. Salah satu kelemahan Anies, kata Ray adalah nyaman dengan strategi politiknya saat ini, yakni berkutat pada politik sektor kanan.
"Kelemahan dasar Anies itu karena dia hanya menyisir membidik dan memelihara sektor kanan atau disebut Islam politik," kata Ray.
Faktor lain yang membuat pendukung Anies tidak nambah-nambah adalah soal prestasi selama menjadi orang nomor satu di Jakarta. Sejauh ini publik di Tanah Air belum disuguhkan sesuatu yang spektakuler dari hasil kerja Anies.
Menurut Ray, prestasi Anies di Jakarta tak mencolok, padahal itu adalah modal utama yang mesti dikantonginya menuju panggung politik 2024.
"Menurut saya kalau ditanya kelebihan Anies susah ya karena dia prestasinya tidak terlalu mencolok. Beda sama Ahok (mantan Gubernur DKI Jakarta). Kalau Ahok itukan menyulap Jakarta. Sungai kotor tiba-tiba jadi bersih. Anies ini sampai sekarang orang belum melihat ada lompatan yang wah," pungkasnya.
Kemudian hal lain yang membuat Anies tak banyak mendapat simpati dari masyarakat di luar pendukungnya saat ini adalah kebiasaan mengambil kebijakan yang tidak sejalan dengan pemerintah pusat.
Menurut Ray, Anies sering menyerang kebijakan Presiden Joko Widodo, sehingga kesan yang ditimbulkan adalah menjadikan pemerintah pusat sebagai lawan politik. Hal ini kata Ray justru membuat sektor tengah dan kiri semakin sulit dijangkau Anies.
"Kelebihan Anies tidak ada, kecuali dia dikenal sibuk adu argumen dengan pusat itu. Jadi bukan untuk menambah elektabilitas dia, tapi memelihara sektor kanan dia. Saya tidak melihat kelebihan darinya, karena dia dengan gaya seperti sekarang, saya kira dia mentok disitu aja," ucapnya.[]