DEMOKRASI.CO.ID - Australia mengaku tidak akan tunduk pada ancaman yang dilontarkan Cina terkait sanksi perdagangan, pariwisata dan pendidikan setelah ketegangan diplomatik kedua negara makin terbuka. Australia tidak mundur sedikitpun meski Cina merupakan mitra dagang terbesarnya dengan nilai perdagangan kedua negara mencapai 235 miliar dolar Australia per tahun.
Hubungan Cina dan Australia memanas setelah negeri Kanguru itu mendesak segera digelarnya penyelidikan mengenai asal-usul penyebaran virus corona, yang mendapat kecaman keras dari Cina.
Organisasi World Health Assembly bulan lalu telah menyetujui penyelidikan independen atas pandemi Covid-19 setelah mendapat lobi dari Australia dan Uni Eropa, seperti dilansir ABC News, Selasa(16/6).
Cina berada di bawah tekanan internasional terkait penyelidikan asal-usul penyebaran virus corona, namun tampaknya telah mengambil langkah-langkah untuk “menghukum” Australia yang memulai usulan tersebut.
Pemerintah Australia kemudian membalas ancaman Cina pekan lalu, yang menyarankan mahasiswanya mempertimbangkan kembali untuk kuliah di Australia karena tidak aman akibat meningkatnya serangan rasis.
Cina sebelumnya telah mengenakan tarif impor untuk gandum Australia, melarang impor daging sapi dari sejumlah rumah potong hewan, serta melarang turis ke Australia.
PM Scott Morrison pekan lalu menegaskan, pihaknya tidak akan tunduk atau terintimidasi oleh negara lain.
“Kita negara perdagangan terbuka, kawan. Tapi saya tak akan pernah mengorbankan nilai-nilai kita dalam menanggapi tekanan dari siapa pun,” ujar PM Morrison kepada stasiun radio 2GB.
Ia menambahkan, terserah pada mahasiswa Cina sendiri untuk memutuskan datang kuliah ke Australia atau tidak. “Australia menawarkan produk pendidikan dan pariwisata terbaik di dunia,” katanya.
“Kemampuan warga Cina untuk memilih datang ke Australia selama ini merupakan keputusan mereka sendiri,” kata PM Morrison.
Menanggapi alasan Cina yang menuding Australia tak aman bagi turis dan mahasiswa asal Cina, PM Morrison menyebut alasan itu sebagai “sampah”.
“Itu penilaian konyol dan terbantahkan. Pernyataan itu bukan berasal dari pemimpin Cina,” ujarnya dalam wawancara terpisah dengan stasiun radio 3AW.
Menurut dia, kekhawatiran yang dilontarkan oleh pemerintah Cina terkait keamanan warganya di Australia adalah urusan pemerintah Cina sendiri.
“Kami tak melakukan kesalahan apa-apa, tidak bertindak yang menyalahi nilai-nilai kami, atau melakukan sesuatu yang merusukan kemitraan kami dengan Cina,” ujarnya.
Departemen Luar Negeri Australia secara terpisah menyatakan telah melayangkan protes resmi ke Departemen Luar Negeri Cina di Beijing serta Kedutaan Besar mereka di Canberra terkait peringatan perjalanan bagi turis dan mahasiswa Cina tersebut. []