DEMOKRASI.CO.ID - Pandemik Covid-19 telah memicu peningkatan kejahatan siber di seluruh dunia. Fasilitas kesehatan menjadi target utama serangan pembajakan data yang diduga akan digunakan sebagai kejahatan pemerasan.
Sebuah studi yang dilakukan Dubai Future Foundation menemukan adanya peningkatan sebanyak 600 persen dalam email ‘phishing’, sebuah kejahatan pembajakan data yang digunakan untuk penipuan. Ini telah terjadi sejak Februari lalu, menurut studi itu.
Penelitian ini menyoroti bagaimana peretas berusaha mengeksploitasi kerentanan keamanan orang yang bekerja dari rumah. Di rumah, banyak yang tidak memiliki akses ke tingkat dukungan IT seperti yang mereka miliki di kantor mereka. Staf keamanan IT pun tidak akan mendeteksi serangan secepat saat mereka berada di lingkungan kerja.
Lembaga think tank itu mengatakan sektor kesehatan yang paling menjadi target para penjahat yang melancarkan serangan ransomware.
Di tengah pandemik, banyak orang mencari informasi mengenai wabah ini karena tingginya rasa kekhawatiran. Mereka mencarinya di internet, dan secara tidak sengaja mengklik tautan berbahaya dalam konten yang tampaknya menjadi informasi yang bermanfaat, menurut laporan itu.
"Pekerja perawatan kesehatan memerlukan infrastruktur digital untuk mengatasi Covid-19, dan penjahat dunia maya telah mengeksploitasi kebutuhan ini. Penjahat itu percaya bahwa organisasi tidak akan memiliki pilihan selain membayar untuk masuk kembali ke sistem mereka," kata penelitian itu dikutip dari The Nasional, Minggu (21/6).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan serangan yang dirancang untuk mengakses informasi pribadi anggota staf.
Bulan lalu, The National melaporkan bahwa Aster Healthcare, salah satu penyedia layanan kesehatan utama UEA, mengatakan staf mereka telah dibombardir dengan email yang mencurigakan .
"Kami benar-benar mendapati peningkatan jumlah spam dan email phishing, yang dapat menyebabkan serangan dunia maya," kata kepala petugas informasi Veneeth Purushotaman. (Rmol)