Kejadian ini ramai diperbincangkan sejumlah kalangan, terutama oleh kader PDIP yang merasa tersinggung lambang organisasinya diperlakukan demikian oleh massa aksi yang digagas PA 212 Cs.
Dari banyak pihak mengomentari peristiwa yang tidak baru ini, Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno memberikan penilaian dari sudut pandang yang berbeda.
Dia menuturkan, pembekaran bendera PDIP yang dilakukan oknum massa aksi PA 212 dalam aksi penolakan RUU HIP bersifat subjektif. Karena dalam pandangannya, salah satu organisasi massa Islam itu tidak merepresentasikan suara umat muslim di seluruh Indonesia.
"Ketika 212 bakar bendera PDIP ya dia tentu enggak mewakili kelompok manapun, dia hanya mewakili kelompok 212 saja," ujarnya saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (27/6).
Dari situ, Adi Prayitno memprediksi kejadian serupa bisa didapatkan oleh partai selain PDIP. Karena secara tidak langsung, RUU HIP yang digagas PDIP telah menyinggung perasaan umat Islam yang masuk ke dalam kelompok PA 212.
Sehingga, peristiwa pembakaran bendera PDIP hanya satu contoh, yang apabila ada satu partai yang menelurkan kebijakan dengan menyinggung ideologi suatu kelompok, maka bukan tidak mungkin aksi serupa kembali terjadi.
"Apa yang dilakukan PA 212 itu ya bisa terjadi pada partai lain, bukan hanya P"Apa yang PA 212 itu ya bisa terjadi pada partai lain, bukan hanya PDIP yang diangap kebijakan-kebijakadilakukann politiknya dinilai tidak islami, bertentangan dengan umat islam dan seterusnya," ucapnya.
"Hari ini PDIP, tapi tidak ada yang menjamin bahwa ke depan bukan hanya PDIP. Bisa juga partai lain juga dikritik, dan ada pembakaran-pembakaran bendera partai," tutup Adi Prayitno menambahkan. (Rmol)