DEMOKRASI.CO.ID - Pemerintah sudah mulai jujur dengan kondisi ekonomi Indonesia yang sedang sekarat. Setidaknya, kejujuran itu terungkap dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyebut ekonomi di kuartal II 2020 anjlok hingga minus 3,1 persen.
Begitu kata Direktur Eksekutif Center for Social Political Economic and Law Studies (Cespels), Ubedilah Badrun saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (18/6).
"Pernyataan tersebut menunjukan Sri Mulyani baru sadar bahwa jujur adalah hal penting dalam situasi saat ini, ia mulai jujur bahwa memang ekonomi Indonesia sedang memburuk,” ujarnya.
Untuk itu, Ubedilah meminta agar klaim bahwa ekonomi Indonesia tidak terjadi gonjang-ganjing dan sudah berjalan dengan baik segera diakhiri. Apalagi sampai membandingkan bahwa Indonesia masih lebih aman dibanding negara lain.
Klaim semacam itu, sambungnya, pernah disampaikan Presiden Joko Widodo saat pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2020 masih positif. Disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari negara lain.
Padahal sangat buruk dibanding Vietnam. Narasi presiden yang tidak jujur seperti itu tidak perlu terulang lagi. Pernyataan Sri Mulyani juga dapat dimaknai teguran dan warning untuk presiden," kata Ubedilah.
Selain itu, sambung Ubedilah, pernyataan tersebut juga menunjukkan sebuah pengakuan bahwa pemerintah tidak berdaya menghadapi situasi saat ini. (Rmol)