DEMOKRASI.CO.ID - Sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam Perang Saudara Libya dan Suriah, Turki jelas memiliki armana militer yang kuat. Dengan teknologi yang dimilikinya, artileri canggih Turki mampu menghancurkan sejumlah alat tempur milik negara sehebat Rusia.
Dalam laporan yang dikutip dari Defense Express, Angkatan Bersenjata Turki (TSK) mendapatkan catatan positif dari drone multi-guna taktis, Bayraktar TB2. Drone Bayraktar TB2 menjadi salah satu senjata andalan Turki di perang Libya dan Suriah, yang sangat efektif menghancurkan sejumlah sasaran.
Data mencatat, pesawat tanpa awak Bayraktar TB2 ini sudah terbang dengan durasi 200 ribu jam selama pertempuran di Libya dan Suriah. Data lain juga menyebut, drine Bayraktar TB2 ini punya catatan penting dalam penghancuran sistem anti-rudal milik Rusia.
Menurut laporan yang dikutip dari BulgarianMilitary.com. drone Bayraktar TB2 sudah menghancurkan 23 sistem anti-rudal dan anti-pesawat Pantsir-S1. Tak hanya itu, media Turki, Anadolu News Agency, mengungkap drone Bayraktar TB2 menghancurkan sembilan sistem pertahanan udara Rusia lainnya.
Dengan percaya diri, Angkatan Bersenjata Turki menyebut bahwa drone Bayraktar TB2 mampu membuat genosida (pemusanahan ras) menjadi nyata. Ungkapan ini disebut militer Turki lantaran keberhasilan Bayraktar meluluhlantakkan artileri milik Rusia.
Selain drone Bayraktar TB2, Angkatan Bersejata Turki juga disebut tengah membuat kapal induk. Kabar ini berhembus pada Januari 2020 lalu, setelah ImageSatIntl, mengunggah sebuah gambar di Twitter resminya.
Dalam foto citra satelit yang diunggah ImageSatIntl, Turki tengah membangun kapal induk militer pertamanya. Kembali mengutip Anadolu News Agency, pembuatan kapal induk di galangan kapal Sedef, Istanbul, dengan dukungan perusahaan Spanyol, Navantia. []