Demikian disampaikan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto, saat mengisidiskusi daring Polemik MNC Trijaya FM, bertajuk "Pemuda dan Pendidikan Kita Di masa Pandemi" pada Sabtu (27/6).
"Saya kira terlalu berat beban pemerintah apalagi Mendikbud, apalagi sampai sekarang saya belum menemukan terobosan baru," ujarnya.
Menurut Cak Nanto -sapaan akrabnya-, jangankan terobosan baru pada sektor pendidikan di masa pandemik Covid-19, di masa normal sebelum pandemik pun tidak ada hal baru yang ditawarkan Kemendikbud untuk perbaikan strategi pendidikan nasional. Termasuk dalam hal ini menyangkut pendidikan budaya, dan penanaman karakter bagi peserta didik.
"Di masa normal saja tidak ada terobosan, hanya berwacana tentang kampus merdeka dan sebagainya. Kita tidak pernah melihat postur budaya dan karakter kita saat ini. Dan tidak hanya budayanya, terus nanti seperti apa," kata Cak Nanto.
Di sini lain, ia memahami bahwa dampak pandemik Covid-19 ini sangat luar biasa menyentuh berbagai sektor, termasuk yang paling berat adalah sektor pendidikan. Tidak hanya pendidikan negeri, pendidikan swasta pun menjadi hal serius yang juga masih menyisakan sejumlah peroalan.
"Saya ingin mengatakan, di masa pandemi itu semuanya terdampak, termasuk salah satunya yang paling berat adalah pendidikan. Tidak hanya pendidikan negeri, dan sebagai otokritik ke pemerintah, menyelesaikan sekolah negerinya aja enggak beres apalagi sekolah swasta," sesalnya.
Lebih lanjut, Cak Nanto menilai, salah satu akar masalah pendidikan nasional diakibatkan oleh kebijakan kementerian terkait yang kerap berubah-ubah secara periodik. Padahal, kata dia, jika setiap kebijakan dilakukan secara simultan dengan mengacu pada cita-cita nasional maka output pendidikan itu sendiri diyakini akan membuahkan hasil.
"Selama ini kita berdebat tentang wacana beberapa tahun terakhir ini. Saya kira setiap kebijakan selalu berubah-ubah. Itu menjadi suatu catatan dan bisa dipastikan tidak akan menemukan solusi output pendidikan yang kita cita-citakan. Karena setiap periode selalu punya model baru dan periode kan hanya lima tahun," tuturnya.
"Pendidikan itu tidak hanya dibangun pada porsi lima tahun. Seharusnya memang ada konsistensi satu gagasan dan cita-cita harapan terhadap pembangunan pendidikan kedepan. Maka, satu hal dampak dari pandemi ini sebenarnya pendidikan harus dipahami secara utuh dan konsisten," demikian Cak Nanto. (Rmol)