DEMOKRASI.CO.ID - Agus Prayitno (35) bersama istri, Kecup Ani Noviyanti (36) dan tiga orang anaknya tinggal di sebuah bangunan bekas gudang es. Sudah lima tahun mereka tinggal di bangunan di Jalan Prof dr Soeharso, Kelurahan Jajar, Laweyan, Solo itu.
Selain bangunan tersebut sudah tak layak, bekas gudang es itu juga disebut-sebut angker. Sudah lama bangunan itu kosong. Tidak diketahui juga siapa pemiliknya.
Pantauan detikcom, Rabu (17/6/2020), bangunan itu berada di sebuah kawasan yang tertutup seng. Untuk masuk, salah satu seng harus diangkat dan digeser terlebih dahulu.
Setelah masuk, terdapat jalan setapak dengan semak belukar di kanan kirinya. Bangunan tempat tinggalnya pun tak langsung terlihat karena tertutup pohon lebat.
Setelah berjalan sekitar 20 meter, baru tampak jelas bangunan bekas gudang es itu. Di dalam bangunan 5x10 meter itulah Agus dan keluarganya tinggal.
Ruangan tanpa sekat itu digunakan untuk tidur dan beraktivitas lainnya. Tampak dinding bangunan itu sudah menghitam karena usia.
Atap bangunan itu terlihat sudah berlubang. Namun saat hujan, karena bangunan berada di bawah pohon lebat, air tak begitu banyak masuk ke dalam bangunan.
Sementara ruangan sebelahnya digunakan untuk menyimpan barang rongsokan. Agus memang memiliki pekerjaan sampingan mengumpulkan barang rongsokan untuk dijual kembali.
Sedangkan pekerjaan utamanya ialah bekerja di sebuah warung wedangan di Jajar. Dia mulai bekerja sejak siang hingga tengah malam.
Agus sebelumnya tinggal di indekos di Kelurahan Karangasem, namun indekos tersebut dijual oleh pemiliknya. Karena saat itu dia juga menganggur, dia akhirnya mengajak keluarganya tinggal di bekas gudang es itu.
"Dulu sekitar 2010 saya pengamen di daerah sini. Saya juga pernah tinggal di sini, makanya tahu tempat ini," kata Agus kepada wartawan.
Ibu Agus tinggal di sebuah kontrakan Kelurahan Kerten. Namun rumah tersebut berukuran kecil.
"Rumah ibu sudah ada kakak saya. Rumahnya kecil, nggak mungkin tambah untuk lima orang," ujar Agus.
Angker dan tanpa listrik
Karena bangunan tersebut kosong, tak ada pula aliran listrik ke tempat itu. Namun Agus menggunakan aki sebagai sumber listrik.
"Kalau air saya ambil dari klinik di depan situ. Listrik saya pakai aki," kata dia.
Saat awal-awal tinggal di bangunan itu, Agus mengaku kerap diganggu makhluk halus. Namun dia mengatakan gangguan hanya sebatas suara-suara aneh.
"Nggak takut, sudah terbiasa. Wong cuma suara. Kadang manggil-manggil nama. Tapi sudah biasa," ujar dia.
Sementara terkait bantuan dari pemerintah, Agus mengaku tak terlalu mengharapkan. Selama ini dia tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Namun baru tadi pagi pihaknya didata oleh petugas kelurahan. Mereka dijanjikan mendapatkan bantuan.(dtk)
"Tadi pagi baru ada petugas tanya-tanya. Katanya mau memberi bantuan," katanya.