DEMOKRASI.CO.ID - Ratusan buruh angkut yang bekerja di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog), menggelar demonstrasi di gudang Bulog Divisi Regional Jakarta-Banten, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (5/6).
Ratusan buruh tersebut mempertanyakan alasan tidak digunakannya kembali jasa mereka untuk menjadi buruh bongkar muat di gudang Bulog Kelapa Gading.
"Kami dari sebelum puasa ramadhan sudah bekerja di sini. Tapi beberapa hari lalu kami dihentikan bekerja dan memerintah buruh lain untuk bekerja," kata Agus selaku Koordinator Buruh.
Agus menjelaskan, sejak hari Senin (1/6) lalu, dirinya dan ratusan pekerja lainnya tetap datang ke gudang Bulog Kelapa Gading dan berharap jasa mereka kembali digunakan.
"Namun kami justru diminta pulang oleh pihak Bulog Kelapa Gading," ujarnya.
Kata dia, pemberhentian ratusan buruh angkut ini dikarenakan ada perbedaan jumlah pembayaran kepada buruh yang diberhentikan dengan buruh yang baru di koordinir oleh Ali.
"Kami mendapatkan info jika buruh yang baru bekerja empat hari lalu yang di koordinir Pak Haji Ali hanya mendapatkan upah sebesar Rp 16 sampai Rp 17 ribu per ton," jelasnya.
"Sedangkan kami saat itu dibayar senilai Rp 19 ribu per ton. Berarti upahnya dipotong buruh yang baru, yang di koordinir Pak Haji Ali di seluruh gudang Bulog Kelapa Gading," tegasnya.
Agus menjelaskan, ada selisih Rp 2 ribu per ton, dari total bongkar muat di gudang Bulog Kelapa Gading kemungkinan bisa 2000 ton setiap harinya.
"Infonya selisih Rp 2 ribu per ton. Uangnya diserahkan ke Pak Haji Ali, lalu kembali lagi uangnya kepada Kepala Gudang Bulog Kelapa Gading, mungkin buat dibagi-bagi lagi ke atasan sebagai success fee, komisi kayak gitu, sampai tega makan keringat orang," pungkasnya. (Rmol)