DEMOKRASI.CO.ID - Pandemi corona alias Covid-19 ternyata tak hanya mengubah gaya hidup, tapi juga ikut memporakporandakan peta politik menuju Pilpres 2024. Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Ridwan Kamil dapat durian runtuh dari penanganan virus asal China itu. Elektabilitas ketiga gubernur itu naik tajam.
Hal tersebut dikatakan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi Ph.D dalam acara webinar bertajuk Politik Zaman Covid yang digelar Rakyat Merdeka, Selasa (2/6). Acara dipandu Wartawan Senior Rakyat Merdeka, Budi Rahman Hakim.
Menurut Burhan, corona memberikan panggung bagi kepala daerah menjadi kontestan pilpres 2024. Apalagi, Presiden Jokowi, selaku petahana sudah tidak bisa ikut bertarung. “Pertanyaannya, siapa yang dapat dukungan Pak Jokowi. Karena penanganan ini sangat mempengaruhi dukungan,” ujarnya.
Dua bulan terakhir, kata dia, panggung penanganan corona berubah, dari pusat ke daerah. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berhasil mengambil mementum ini.
“Mereka juga punya insentif elektoral untuk maju di 2024. Berbekal dari pengalaman mereka menangani Covid-19. Kalau penanganannya baik, maka mereka dapat tiket buat maju di 2024,” ujar Burhan.
Sementara gubernur lain, sebut Burhan, tidak bisa memaksimalkan panggung ini. Seperti Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang muncul hanya ributnya dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Begitu juga Gubernur Banten Wahidin Halim, dan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi.
“Karena Covid-19 jadi panggung para gubernur, maka tak heran jika nama-nama seperti Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, dan Erick Thohir ikut tenggelam. Padahal sebelumnya Prabowo mengungguli survei-survei,” katanya.
Lalu bagaimana dengan parpol? Menurut Burhan, tidak ada satupun parpol yang tampil, dan mendapat keuntungan di tengah pandemi ini. Sebaliknya, elektabilitas PDIP justru merosot. “Tapi tidak serta merta mereka (pemilih) migrasi dari PDIP lari ke partai lain. yang bertambah adalah indecided voter. Itu naik tajam,” ungkapnya.
Tidak hanya di Indonesia, kata Burhan, corona juga mengubah peta politik Korea Selatan dan Amerika Serikat. Penguasa Negeri Gingseng berhasil memenangkan pemilu di tengah pandemi corona berkat keberhasilannya menangangi virus tersebut. Sementara elektabilitas Donald Trump hancur karena gagal tangani corona.
Hal senada dikatakan Founder & CEO Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR. Menurutnya, corona semakin memberikan ruang yang lebih kuat kepada kepala daerah. Berdasarkan surveinya sebelum pandemi, posisi kepala daerah di Pulau Jawa sudah strategis untuk maju pilpres.
Ada tiga faktor yang menjadikan Gubernur DKI Jakarta, Gunernur Jawa Barat, Gubernur Jawa Tengah, dan Gubernur Jawa Timur sebagai jabatan strategis untuk pilpres. Pertama, daerah kekuasaan mereka padat penduduk. Sehingga wilayahnya bisa dijadikan lumbung suara. Bahkan, jika wilayah ini digabungkan, suaranya sudah lebih dari setengah populasi di Indonesia.
Kedua, tren gubernur untuk menjadi presiden sangat kuat. Ini juga yang dilakukan Jokowi. Karena itu, Hanta menilai, tren ini menjadi potensi strategis bagi ketiga gubernur itu. Ketiga, tingkat penyebaran corona paling banyak di daerah tersebut. Sehingga perhatian publik makin tinggi terhadap kepala daerahnya dalam menangani corona.
Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera mengamini analisis Burhan. Menurutnya, pandemi bisa mengubah land-scape politik. Namun, hal itu masih harus dibuktikan dalam Pilkada 2020 yang digelar bulan Desember.
Politisi Senior PDIP, Hendrawan Supratikno pun berpendapat demikian. Karena ketiga orang tersebut terus mendapat perhatian dan panggung sepanjang pandemi ini. Di sisi lain, kepala daerah juga harus menunjukkan kualitas kepemimpinan dan manajemen yang baik.
Kader Gerindra Andre Rosiade justru tidak mengambil pusing hasil survei ini. Dia menilai, sekarang bukan waktu yang tepat membicarakan pilpres. Apalagi, penambahan kasus corona masih terjadi. (*)