Nilai saham Facebook turun lebih dari 8 persen pada penutupan perdagangan Jumat (26/6/2020), setelah jumlah perusahaan yang memutuskan untuk memboikot semakin banyak. Perusahaan-perusahaan itu bergabung dalam kampanye bertajuk #StopHateforProfit.
Akibat berkurangnya harta hingga Rp 103,4 triliun, Mark Zuckerberg kini bukan lagi menjadi orang terkaya ketiga di dunia. Posisinya digantikan oleh Bos Louis Vuitton, Bernard Arnault.
Mereka menuding Facebook mencari untung dengan cara menyebarkan kebencian, mengagungkan kekerasan, dan menyebarkan hoaks ke tengah khalayak. Mereka berharap dengan aksi boikot ini Facebook mengubah kebijakannya.
Lebih dari 100 perusahaan boikot Facebook
Coca-Cola adalah merek teranyar yang memutuskan untuk berhenti memasang iklan di media sosial, termasuk Facebook, Instagram, dan Twitter. Bos Coca-Cola, James Quincey, mengatakan bahwa perusahannya akan menghentikan iklan di media sosial selama 30 hari.
"Tidak ada tempat untuk rasialisme di dunia dan tak ada tempat untuk rasialisme di media sosial," tulis Quincey di website resmi Coca-Cola.
"Coca-Cola akan menghentikan sementara iklan di semua media sosial di seluruh dunia selama setidaknya 30 hari. Kami akan menggunakan waktu ini untuk mempertimbangkan kembali kebijakan periklanan kami untuk menentukan apakah diperlukan revisi. Kami juga meminta akuntabilitas dan transparansi dari para mitra media sosial," imbuh Quincey.
Tetapi Coca-Cola mengatakan mereka tidak ikut dalam kampanye #StopHateforProfit.
Lebih dari 100 perusahaan di seluruh dunia yang sudah memastikan terlibat dalam kampanye boikot Facebook ini antara lain Unilever, Verizon, Ben's & Jerry, Levi Strauss & Co, Honda, dan masih banyak lagi.
Platform kebencian
Facebook menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir karena membiarkan Presiden AS, Donald Trump mengumbar kebohongan, menyebarkan kebencian, dan mendorong publik melakukan kekerasan.
Misalnya beberapa waktu lalu Facebook dikecam karena membiarkan Donald Trump memposting seruan untuk menembak demonstran di tengah gelombang protes terhadap kematian George Floyd, lelaki kulit hitam yang dibunuh polisi di Minneapolis.
Facebook juga membiarkan Trump mengunggah informasi yang salah atau hoaks soal sistem pencoblosan suara dalam pemilihan umum di AS. Pada November nanti Trump akan berusaha mempertahankan kursi nomor satu di AS dalam pemilu.
Kebijakan Facebook ini berbanding terbalik dengan Twitter yang dengan tegas menindak cuitan-cuitan ngaco dari Trump. Twitter misalnya melabeli cuitan soal sistem pencoblosan dalam pemilu AS dari Trump sebagai konten berpotensi hoaks dan menyembunyikan seruannya untuk menembak demonstran.[sc]